TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok jengkel dengan warga Pasar Ikan, Luar Batang, Jakarta Utara yang jadi korban penggusuran dan sampai saat ini tetap bertahan di tenda.
Ahok mengklaim, pemerintah daerah telah menyediakan rumah susun ditambah berbagai fasilitas lainnya seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP), bus gratis, dan pelayanan kesehatan. "Lalu kenapa anda main politik nongkrong di situ," katanya di Balai Kota, Jumat, 5 Agustus 2016.
Ahok tidak bisa menerima alasan warga yang tidak mau pindah yaitu karena jarak rumah dan tempat bekerja jauh. Banyak orang yang bekerja di pusat kota, ujarnya, tetapi tidak tinggal di Jakarta. "Kalau Anda katakan jauh kerjanya, saya yakin di sini juga ada yang tinggal bukan di Jakarta," kata dia.
Ahok mendapat laporan bahwa warga yang masih bertahan di tenda pengungsian telah terserang berbagai penyakit. Dia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa lantaran di DKI Jakarta tidak aturan yang bisa memaksa warga Jakarta untuk pindah ke rumah susun. "Sekarang begini saja, saya enggak ada undang-undang yang bisa mengatur, memaksa, menyeret, orang masuk ke rusun," katanya.
Dia membandingkan situasi tersebut dengan Amerika Serikat. Saat itu, pernah ada keadaan di mana tunawisma tinggal di luar saat musim salju. Lantas, masyarakat melontarkan kritik kepada pemerintah karena dianggap mengabaikan tunawisma.
Sampai akhirnya, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan undang-undang agar dapat menertibkan tunawisma. Dalam undang-undang tersebut, pemerintah punya hak memaksa warga untuk berlindung saat situasi tertentu.
Penggusuran kawasan Luar Batang berlangsung pada 11 April 2016. Ratusan rumah warga yang sejak 1980-an berdiri, roboh oleh alat berat. Peristiwa itu merupakan bagian dari revitalisasi kawasan Sunda Kelapa, Museum Bahari, dan kawasan Luar Batang.
Penduduk dipindahkan ke Rumah Susun Rawa Bebek di Jakarta Timur dan Rumah Susun Marunda di Jakarta Utara. Namun sebagian di antara mereka tidak betah dan kembali ke Luar Batang.
Mereka tinggal di empat tenda besar sumbangan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. "Benar, mereka dapat tenda. Tapi tenda itu bukan dari Partai Gerindra, melainkan dari Pak Prabowo," ujar Aryo Djojohadikusumo, anggota Fraksi Gerindra di DPR yang juga keponakan Prabowo.
Daeng Rais, warga Luar Batang yang digusur, mengakui menguruk bantaran pantai di belakang gudang pada 15 tahun silam. Setelah dua tahun tanah basah bisa dikeringkan, barulah dibangun rumah.
Penduduk yang hendak membangun rumah disyaratkan sudah tinggal di Luar Batang selama 10 tahun. Menurut Rais, pengurukan itu diizinkan Lurah Penjaringan.
Rais dan sebagian penduduk menolak tanda tangan pernyataan relokasi. Mereka lalu kembali ke Luar Batang dan mendirikan tenda yang disediakan Jaringan Merah Putih, organisasi pendukung Prabowo Subianto. Mereka tinggal di sana untuk menuntut Basuki mengganti bangunan yang dirobohkan.
LARISSA HUDA | DESTRIANITA KUSUMASTUTI