TEMPO.CO, Bojonegoro - Pengusaha asal Negara Korea Selatan menyatakan tertarik berinvestasi di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Adalah Wan Yoo Chang, pengusaha asal Korea Selatan itu, yang bergerak di bidang industri garmen, berupa pakaian renang dan kaus. Ia datang menemui Bupati Bojonegoro Suyoto, Jumat, 5 Agustus 2016. "Kami berencana buka usaha di Bojonegoro,” ujarnya dalam dialog di Rumah Dinas Bupati Bojonegoro, Jumat kemarin.
Yoo Chang mengaku memiliki usaha garmen di Kabupaten Karawang bagian timur. Jumlah karyawannya sekitar 500 orang dengan gaji rata-rata Rp 3,4 juta per bulan. Selama ini produksi garmen tersebut diekspor ke Arab Saudi. Namun, di Karawang, ia menghadapi tuntutan kenaikan UMK. Di saat yang sama, ia hendak membuka usaha baru.
Baca juga: Pokemon GO Resmi Masuk Indonesia
Yoo Chang akhirnya datang dan menemui Bupati Bojonegoro. Ia mengaku memperoleh informasi bahwa Kabupaten Bojonegoro masuk kategori UMK rendah dan memiliki fasilitas transportasi yang sesuai untuk usahanya, di antaranya berupa kereta api jalur utara dengan dua rel.
Menanggapi niat investor Korea tersebut, Bupati Suyoto menyambut baik. Suyoto mengatakan pemerintah Bojonegoro mempermudah proses perizinan dan fasilitas lain, seperti sewa gedung dan properti. "Kami senang Bojonegoro dianggap ramah investasi,” katanya.
Baca juga: BNN: Ada 72 Mafia Narkoba Lain, Freddy Masih Kelas Ecek-ecek
Suyoto melanjutkan, salah satu hal yang menjadi daya tarik investor adalah relatif rendahnya UMK di Bojonegoro, yakni Rp 1,4 juta per bulan. Angka tersebut lebih rendah dibanding kabupaten lain, seperti Lamongan dan sekitarnya. Selain itu, pemerintah Bojonegoro menetapkan upah umum pedesaan (UUP) yang berlaku untuk perusahaan yang beroperasi di desa-desa. Contohnya di Desa Bakung, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, yang terdapat perusahaan sepatu cabang perusahaan dari Pasuruan.
Pemerintah Bojonegoro menyatakan membuka diri untuk investor, terutama industri non-migas, yang nantinya bisa menjadi penyeimbang untuk ekonomi masyarakat bawah. Menurut Suyoto, faktor UMK di perkotaan dan UUP menjadi daya saing Bojonegoro untuk menarik investor datang. "Meski Bojonegoro di pinggir, itu tidak jadi kendala karena transportasi sudah lancar,” tuturnya.
SUJATMIKO