TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku akan belajar dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam menata kota, khususnya persoalan trotoar. Ahok mengakui, kondisi trotoar di Surabaya jauh lebih baik dibanding yang ada di Jakarta.
"Makanya kami mau belajar dari Bu Risma. Bu Risma menata itu butuh tahun yang lama," kata Ahok di Balai Kota, Kamis, 11 Agustus 2016.
Ahok menyebutkan perjalanan Risma dalam membenahi Kota Surabaya tidak memakan waktu yang singkat, sehingga tidak bisa dibandingkan dengan kinerjanya yang baru beberapa tahun memimpin DKI Jakarta. Setidaknya sudah sepuluh tahun Risma turut terlibat dalam pembenahan di Surabaya.
Ahok menuturkan, sebelum menjadi Wali Kota Surabaya, Risma pernah menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya. Lalu ia menjabat Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya (Bappeko) hingga 2010. Karier Risma dimulai saat ia menjadi pegawai negeri sipil (PNS) Kota Surabaya pada 1990-an.
"Makanya saya katakan, di Jakarta, ada 2.700 kilometer trotoar yang harus total kami bangun. Kasih saya waktu. Saya beresin. Sekarang beberapa prototipe sudah kami punya," katanya.
Meski begitu, Ahok menolak disebut pembenahan trotoar di Jakarta butuh dua periode kepemimpinannya. Ia berkeyakinan, hingga habis masa jabatannya pada Oktober 2017, sudah ada perkembangan dari rencana pembenahan di Jakarta.
"Saya enggak usah periode. Tahun ini juga kelihatan sampai Oktober. Minimal prototipe jalan utama kamu sudah liat berbeda. Supaya kamu mengerti, sebenarnya ada modelnya," ujar Ahok.
Ahok menuturkan akan terus berupaya membereskan trotoar di Jakarta, yang total panjangnya mencapai 2.700 kilometer. Angka itu, kata Ahok, setara dengan dua kali jarak jalan Jakarta-Surabaya. "Jarak Jakarta-Surabaya kira-kira 1.300 kilometer, kan? Memang ada masalah (dengan) trotoar kita. Tinggal kita bereskan," ucap Ahok.
LARISSA HUDA