TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan ASEAN menyumbang 20,7 persen dari total tangkapan ikan dunia. Namun, pada prakteknya, banyak ditemukan tindak kejahatan lain, seperti perdagangan manusia dan kerja paksa.
"Perdagangan orang itu bentuk modern dari perbudakan," ucap Susi saat ditemui dalam acara ASEAN Workshop on Human Trafficking and Forced Labor in Fishing Industry di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Senin, 15 Agustus 2016.
Susi berujar, banyak kapal-kapal asing yang mempekerjakan ABK asal Indonesia. Meski belum ada data pasti mengenai hal itu, karakter orang Indonesia yang ramah turut mendukung tindakan kerja paksa di sektor perikanan. "Itu sangat disukai dalam forced labour."
Baca juga: Menteri Susi Pudjiastuti Nyatakan Investasi Laut Sudah Tepat
Menurut Susi, salah satu modus yang sering digunakan dalam perdagangan manusia di sektor perikanan adalah mempekerjakan seseorang tidak di negara tempat asalnya. "Banyak ABK kita kerja di Phuket (Thailand) dan Sri Lanka."
Berdasarkan data International Organization for Migration, diperkirakan 48,5 juta orang menjadi korban perdagangan manusia, 2/3 di antaranya berasal dari negara-negara Asia. "Terutama mereka yang ekonominya rentan mudah ditarik ke perdagangan manusia," kata Chief of Mission International Organization for Migration Mark Getchell.
Getchell menyebutkan masalah perdagangan manusia sangat sulit diungkap. "Korban yang di darat saja susah ditangani, apalagi yang di laut," tuturnya.
Getchell menambahkan, masih ada ribuan orang yang terjebak dalam perdagangan manusia. "Hanya langkah tegas dan tepat antarnegara yang mampu menyelesaikan masalah perdagangan manusia dan perbudakan di sektor perikanan."
Simak: Siapakah Orang Terkaya di Indonesia? Berikut Ini Daftarnya
ASEAN serta Kementerian Kelautan dan Perikanan mengadakan lokakarya berjudul ASEAN Workshop on Human Trafficking and Forced Labor in the Fishing Industry. Acara ini diadakan pada 15-16 Agustus 2016 di Hotel Aryaduta.
Acara ini juga didukung pemerintah Australia, yang diwakili kedutaan besarnya di Indonesia. Kemudian ada perwakilan International Organization for Migration, Satgas 115 Pemberantasan Illegal Fishing, dan Kepolisian RI.
DIKO OKTARA