TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang lebih dikenal dengan sapaan Ahok mengemukakan alasannya memilih Djarot Saiful Hidayat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, Ahok naik menjadi gubernur setelah Joko Widodo terpilih menjadi Presiden Indonesia.
Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri pernah menyodorkan nama Boy Sadikin. Namun, Ahok menolak. Ia ingin didampingi sosok yang pernah menjadi kepala daerah dan berpengalaman. "Daripada pilih orang yang belum pernah jadi kepala daerah, kan, ngomong-nya kadang-kadang enggak ketemu. Kalau kepala daerah kan lebih cepat kerjanya," kata Ahok di Balai Kota, Selasa, 16 Agustus 2016.
Atas pertimbangan itu, Ahok sempat menyodorkan nama Bambang Dwi Hartono kepada Megawati. Ahok menilai pengalaman Bambang cocok untuk mendampinginya. Bambang D.H., yang juga kader PDIP pernah menjabat sebagai Wali Kota Surabaya selama dua periode, yaitu pada 2002-2005 dan 2005-2010. Namun, saat itu ada masalah karena dua pejabat Pemerintah Kota Surabaya terlilit kasus gratifikasi berupa upah pungut kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surabaya senilai Rp 720 juta.
Ahok kemudian menjatuhkan pilihannya pada Djarot. Selain sebagai kader PDIP, Djarot pernah menjabat Wali Kota Blitar dua periode, 2000-2005 dan 2005-2010. "Saya selalu mau pilih kepala daerah, kalau enggak Surabaya, ya, Blitar. Saya sama-sama kenal. Saya pilihlah Pak Djarot," ujarnya.
Ahok memilih pendampingnya yang pernah menjadi kepala daerah karena berkaca dari pengalamannya saat bersama Jokowi memimpin Jakarta. Jokowi merupakan mantan Wali Kota Solo. Sedangkan Ahok pernah menjabat sebagai Bupati Belitung Timur. "Cepat kerjanya," ucapnya.
LARISSA HUDA