TEMPO.CO, Semarang - Pembangunan Bandar Udara Ahmad Yani di Kota Semarang telah dikebut agar bisa digunakan pada triwulan pertama tahun 2018 mendatang. Pembangunan bandara yang sempat molor itu sudah tahap penyelesaian paket satu dan dua.
“Paket dua sudah 100 persen kelar, paket satu sudah 60,5 persen yang ditarget 26 Desember harus kelar,” kata Manajer Teknik Proyek Bandara Ahmad Yani Semarang, I Ketut Aryana, Jumat 19 Agustus 2016.
Ketut menyatakan penyelesaian paket satu berupa akses jalan ke penyiapan lokasi itu bakal kelar akhir tahun. Dengan begitu proyek yang diperkirakan akan menelan biaya Rp 2,1 triliun itu tinggal melanjutkan pengerjaan paket tiga dan empat yang akan berakhir pada akhir tahun 2017 dan awal tahun 2018 mendatang. “Sedangkan paket dua berupa apron dan taxiway sudah kelar sejak 31 Juli lalu,” kata I Ketut menambahkan.
Baca:
Gubernur Ganjar Soroti Layanan di Bandara Ahmad Yani
Lebaran, Bandara Ahmad Yani Tambah 76 Penerbangan
Ia menjelaskan paket tiga pembangunan bandara itu sudah masuk lelang sedangkan paket empat sedang proses desain bangunan. Bangunan paket tiga meliputi gedung terminal dengan segala fasilitas pendukung seperti eskalator dan segala isinya.
Bangunan paket empat berupa gedung penunjang perkantoran, seperti bea cukai kantor maskapai yang ditarget selesai pada Maret 2018. Pembangunan bandara yang baru itu menempati lahan seluas 88,4 hektare berada di kawasan pesisir tambak di Kota Semarang. Bandara sengaja didesain mengacu kondisi alam rawa dan pantai dengan konsep floating air port, seolah-olah mengambang di atas air.
Finance dan Information Technology Director, Angkasa Pura Airports, Novrihandri, menyatakan lembaganya sengaja menerbitkan obligasi dan pinjaman bank nonbank sebesar Rp 25 triliun dalam kurun waktu 2016 hingga 2020 mendatang.
“Dana itu untuk memenuhi pengembangan bandara, salah satunya pengembangan Ahmad Yani yang memerlukan investasi sebesar Rp 2,1 triliun,” kata Novrihandri.
Ia menjelaskan pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang yang ditargetkan beroperasi 2018 sudah mendesak karena telah mengalami lack of capacity. “Ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan dan mengimbangi pertumbuhan industri penerbangan nasional,” katanya.
Pada tahun ini Angkasa Pura Airports merencanakan sepanjang 2016 hingga 2020 akan menerbitkan obligasi sebesar Rp 14,5 triliun dan pinjaman kredit investasi dari perbankan/non perbankan sebesar Rp 10,5 triliun.
EDI FAISOL