TEMPO.CO, Kupang - Kepala Kepolisian Resor Kupang Ajun Komisaris Besar Adjie Indra Wietama mengatakan, berdasarkan pengakuan para calo tenaga kerja Indonesia (TKI), harga jual tenaga kerja asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Malaysia mencapai Rp 4,5 juta per orang.
"Harganya bervariasi. Jika ada yang menawar lebih mahal, TKI itu akan dijual ke sindikat tersebut," katanya kepada wartawan di Kupang, Selasa, 23 Agustus 2016.
Baca:
Heboh PRT Dipajang di Mal Dhahran, KBRI: Bukan WNI
WNI Korban Kapal Tenggelam Dipulangkan Senin Lusa
PM Malaysia Najib Razak Berjanji Akan Lindungi TKI
Menurut dia, perdagangan TKI juga menggunakan hukum pasar. Jika kebutuhannya tinggi, harga jualnya akan semakin mahal dan angkanya bisa melebihi Rp 4,5 juta per orang. "Khusus harga jual TKI untuk dalam negeri hanya Rp 3-4 juta per orang," ujarnya.
Dia mengatakan jumlah korban TKI yang diberangkatkan ke Medan dan Malaysia selama 2015-2016 mencapai 1.667 orang, dengan rincian 2015 sebanyak 941 orang, sedangkan Januari-Juli 2016 sebanyak 726 orang.
"Kami masih kembangkan jumlah korban trafficking yang dikirim dan 16 orang sudah bisa diidentifikasi," ucapnya.
Ribuan TKI tersebut berasal dari tujuh jaringan perdagangan orang di bawah pimpinan YLR, WFSD, ST, YN, NAT/SIN, MF, dan YP. Tiga belas pelaku perdagangan orang tersebut telah ditahan, disertai 28 jenis barang bukti.
Bulan lalu, tenaga kerja Indonesia asal Desa Tupan, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Yufrida Selan, 19 tahun, yang meninggal di Malaysia, dipulangkan dengan tubuh penuh jahitan.
Diduga semua organ tubuhnya dicuri untuk diperjualbelikan. Yufrida dilaporkan meninggal di Malaysia akibat gantung diri. Setelah dilaporkan meninggal, jasad korban dikirim Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur ke Kupang melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Ayah korban, Melitus Selan, menyatakan, sebelum mendapat kabar tentang kematian putrinya, korban sempat menghilang sejak 2 September 2015. "Kami sempat mencari. Namun, karena kurang uang, kami pasrah," katanya kepada wartawan, Minggu, 17 Juli 2016.
YOHANES SEO