TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengaku kesal dengan PT PLN (Persero). Sebab, beberapa titik di Kota Bandung acak-acakan akibat galian kabel. Pria yang akrab disapa Emil ini pun meminta PLN bertanggung jawab memperbaiki kerusakan-kerusakan jalan karena galian kabel.
"Pemkot Bandung kesal karena banyak galian. Bukan PLN-nya, tapi kontraktor, kalau menggali suka tidak bertanggung jawab," ujar Ridwan Kamil, Jumat, 2 September 2016.
Ridwan Kamil menjelaskan, galian kabel yang merusak jalan bukan hanya terjadi tahun ini. Selama ini, kata dia, bekas galian hanya ditimbun kembali oleh kontraktor dan bekasnya tidak diperbaiki seperti semula.
"Ini kejadian sudah saya tegur tahun lalu, setelah sekian lama dibiarkan akhirnya mereka memperbaiki, tapi asal-asalan juga. Tahun ini indikasinya terjadi juga, salah satunya laporan dari warga, berminggu-minggu setelah digali dibiarkan," katanya.
Yang paling membuat orang nomor satu di Kota Bandung ini kesal adalah kerusakan trotoar granit di sejumlah titik di Jalan R.E. Martadinata yang sengaja dipercantik Pemerintah Kota Bandung untuk memfasilitasi pejalan kaki.
"Mereka menggali tapi enggak memperbaiki. Yang paling kesal lagi trotoar, salah satunya trotoar Jalan Riau (R.E. Martadinata), yang granit, yang sudah susah-susah dibangun malah dibongkar. Itu membuat saya beranggapan kontraktor ini tidak ada niat baik untuk mengembalikan," tuturnya.
Ridwan Kamil mengeluarkan ancaman. Jika setelah penyelenggaraan PON XIX/2016 kondisi jalan yang rusak tidak dikembalikan seperti semula, Pemerintah Kota Bandung akan menempuh jalur hukum.
"Saya panggil PLN karena yang membayarnya. Saya kasih waktu setelah PON selesai. Jika seminggu setelah PON tidak diperbaiki persis seperti semula, Kabag Hukum sudah menyiapkan somasi dan laporan ke polisi dengan gugatan merusak aset dan barang negara," ucapnya.
Ridwan Kamil berharap ancaman tersebut menjadi pembelajaran untuk PLN dan kontraktor galian kabel. "Intinya, di zaman saya tidak boleh lagi menggali tidak mengembalikan lagi seperti semula. Titiknya di Jalan Aceh, Tongkeng, Banda, dan banyak lagi. Sederhana tapi menyebalkan," katanya.
PUTRA PRIMA PERDANA