TEMPO.CO, Pekanbaru - Kepolisian Daerah Riau mengklarifikasi beredarnya foto tiga pejabat Polda Riau bersama petinggi perusahaan, yang sebelumnya diduga sebagai pembakar lahan, PT APSL, dalam suasana hangat dan bersahabat.
Tiga pejabat tersebut ialah Direktur Reserse Kriminal Umum Ajun Komisaris Besar Surawan, Direktur Reserse Kriminal Khusus Komisaris Besar Rivai Sinambela dan Kepala Kepolisian Resor Kota Pekanbaru Ajun Komisaris Besar Toni Hermawan.
BACA: Divisi Propam Telusuri Foto Petinggi Polisi Riau dengan Bos APSL
Surawan membantah tudingan organisasi Publik Melawan Karhutla (Kebakaran hutan dan lahan) yang menyebutkan ada dugaan main mata antara polisi dan pengusaha yang penyidikan kasusnya dihentikan. "Itu pertemuan yang tidak disengaja, dan tidak ada sedikitpun membahas kebakaran hutan," kata Surawan, Jumat, 2 September 2016.
Menurut Surawan pertemuan itu berlangsung di lantai VII Hotel Grand Central, Pekanbaru, Minggu, 27 Agustus 2016, sekitar pukul 20.30 WIB. Awalnya, kata dia, agenda pertemuan itu untuk menganalisa dan mengevaluasi kinerja tim penyidik gabungan peristiwa kerusuhan di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Tim gabungan terdiri dari Divisi Pengamanan dan Profesi (Propam) Mabes Polri dan Direskrimum Polda Riau. "Pertemuan itu atas inisiatif saya untuk membahas penyelidikan kerusuah Meranti," ucapnya.
Menurut Surawan, pertemuan itu dilakukan di restoran Hotel Grand Central dengan alasan rekannya dari Divisi Propam Mabes Polri menginap di tempat itu. Kebetulan, kata Surawan, antara dia dengan dua anggota Propam Mabes Polri serta Direskrimsus Rivai Sinambela dan Kapolresta Pekanbaru Toni Hermawan merupakan teman satu angkatan di pendidikan kepolisian. "Saat kami melakukan evaluasi kasus Meranti, saya yang minta Pak Rivai dan Pak Toni hadir, " ujarnya.
Namun, ucap Surawan, tanpa disengaja pada tempat yang sama datang rombongan para petinggi berbagai perusahaan, termasuk bos perkebunan kelapa sawit PT APSL yang dibawa oleh pemilik Hotel Grand Central. Karena sudah kenal dengan pemilik hotel, mereka pun bersalam-salaman. Rombongan pengusaha itu minta foto bersama.
"Pemilik hotel itu yang membawa para pengusaha. Karena kami sudah kenal, kami bersalam-salaman, lalu mereka minta foto bersama," kata Surawan.
Surawan membantah duduk satu meja bersama para pengusaha tersebut. Setelah bersalam-salaman dan foto bersama, kata dia, dia dan teman-temannya kembali ke mejanya masing-masing.
Surawan mengaku awalnya tidak mengetahui dalam rombongan pengusaha itu ada petinggi perusahaan PT APSL. Dia juga berujar bahwa tidak ada pembahasan soal perkara kebakran hutan ataupun penghentian perkara (SP3) 15 perusahaan pembakar hutan.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Riau Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo menambahkan PT APSL bukan bagian dari 15 perusahaan diduga pembakar lahan yang penyidikan perkaranya dihentikan oleh Polda Riau. "Saya tegaskan, perusahaan ini tidak masuk dalam 15 perusahaan yang di SP3," katanya.
Pada 1 September kemarin, beredar foto di media sosial yang menunjukkan pejabat Polres Kota Pekanbaru bersama dengan bos PT APSL. Menurut organisasi Publik Melawan Karhutla, lahan PT APSL tengah terbakar hebat di Kabupaten Rokan Hilir dan Rokau Hulu, Riau. Luas lahan terbakar mencapai 800 hektare.
Kepala Subdirektorat IV Ditreskrimsus Polda Riau Ajun Komisaris Besar Hariwiyawan Harun menuturkan kasus kebakaran lahan konsesi PT APSL sedang diselidiki Polres Rokan Hulu dibantu dua penyidik dari Polda Riau. "Masih kami dalami," katanya.
Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian Republik Indonesia Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan menyatakan timnya akan menyelidiki foto para perwira dan petinggi Polda Riau yang berpose mesra bersama bos perusahaan yang kasus pembakaran lahannya dihentikan polisi tersebut.
"Kami sudah memberi info soal beredarnya foto itu. Sudah diputuskan untuk ditindaklanjuti dan dicek kebenarannya," kata Iriawan kepada Tempo di Jakarta, Jumat, 2 September 2016.
RIYAN NOFITRA