TEMPO.CO, Hong Kong- Nathan Law, 23 tahun, yang memimpin aksi mahasiswa dan pelajar yang berunjuk rasa di jalanan Hong Kong dua tahun lalu, terpilih menjadi anggota parlemen Hong Kong.
Hasil perhitungan pemilihan umum parlemen Hong Kong pada hari Minggu, 4 September 2016 membuat kejutan dengan 50 ribu suara mendukung Law masuk parlemen.
Law menjadi anggota parlemen termuda yang memenangkan kursi di Dewan Legislatif dalam pemilihan tahun ini dan pengumpul suara terbanyak kedua di daerah pemilihannya.
Law, yang merupakan salah satu pemimpin perhimpunan "Umbrella Movement" atau 'Gerakan Payung' bersama dengan Joshua Wong pada 2014 mewakili partai Demosisto yang mereka dirikan untuk mendesak otonomi yang lebih luas dan referendum kemerdekaan Hong Kong dari Cina.
Setelah gerakan yang dipimpinnya gagal untuk memenangkan reformasi politik, Law dan Wong sering dihadapkan ke pengadilan atas tuduhan terkait protes tersebut.
Baca Juga:
Menjadi terkenal selama aksi protes yang berlangsung selama sekitar lebih dari 70 hari tersebut, Law merasa perlu ikut ambil bagian dalam sistem politik Hong Kong. Dia akhirnya memutuskan untuk mencalonkan diri bersama dengan aktivis muda lainnya dalam pemilihan umum legislatif pertama sejak aksi pada 2014.
Setelah terpilih berdasarkan hasil penghitungan sementara pada Senin, 5 September, mahasiswa kajian budaya di Lingnan University tersebut berjanji akan menjadi jembatan untuk menyatukan faksi dari kamp demokratis, yang terbelah antara pro-kemerdekaan dan aktivis baru yang ingin otonomi lebih luas.
"Saya pikir itu adalah sebuah keajaiban. Ini benar-benar tak terduga - tidak ada yang membayangkan ini akan terjadi. Setiap hari tim kami bekerja keras untuk mengubah kekalahan menjadi kemenangan," kata Lawa seperti dikutip dari Guardian.
Law terpilih bersama dengan 3 aktivis muda serta pendukung pro-demokrasi lainnya berhasil mempertahankan sepertiga dari 70 kursi di parlemen wilayah bekas koloni Inggris tersebut. Jumlah tersebut cukup untuk mendapatkan hak veto terhadap sejumlah peraturan penting dan anggaran publik guna terus melawan intervensi Cina pada kota itu sejak diserahkan oleh Inggris.
Inggris pada tahun 1997 menyerahkan Hong Kong kembali ke Cina di bawah perjanjian "satu negara, dua sistem", dengan hak dan kebebasan yang dijamin selama 50 tahun di bawah sistem semi-otonom.
Tapi anak-anak muda tersebut khawatir bahwa Beijing akan memperketat cengkeramannya dan terus mencampuri urusan politik Hong Kong serta akan melanggar perjanjian tersebut.
Pada April, Law mendirikan partai politik Demosisto bersama Joshua Wong dan berjanji untuk bekerja keras guna menentukan nasib sendiri. Dalam manifesto, partai menyatakan akan mengadakan referendum dalam 10 tahun untuk membiarkan orang memutuskan nasib mereka sendiri pada 2047, ketika prinsip "satu negara, dua sistem" berakhir, dan akan mengadopsi taktik protes non-kekerasan.
Law mengakui partainya tidak memiliki pengalaman politik. Namun para pemimpinnya akan bekerja keras untuk mengembangkan cetak biru mereka dan mencari sekutu untuk mencapai tujuan mereka.
GUARDIAN|BBC|SCMP|YON DEMA