TEMPO.CO, Jakarta - Menjalankan bisnis rintisan atau start-up bukan perkara gampang. Membangun kepercayaan konsumen, pengenalan produk atau layanan, membaca tingkat kebutuhan konsumen, kebutuhan modal tambahan, hingga pengembangan produk menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Hadir menjadi sebuah solusi tepat guna dan tepat waktu harus menjadi fokus utama bisnis start-up di Indonesia, yang mayoritas bergerak di bidang jasa. Mudahnya pertumbuhan layanan jasa atau bisnis serupa juga menjadi tantangan yang harus diwaspadai para pengusaha, sembari mengembangkan bisnisnya.
Tak jarang sebuah start-up harus mengubur mimpi besarnya karena bisnisnya tak berjalan sesuai dengan perencanaan. Dalam kurun waktu dua pekan terakhir, dua bisnis start-up yang bergerak di bidang jasa terpaksa mengumumkan pengunduran diri mereka.
Pengumuman pertama datang dari YesBoss. Aplikasi yang menawarkan jasa asisten pribadi ini mengumumkan akan menutup layanan mereka untuk sementara waktu. Melalui sebuah pernyataan yang diunggah di akun Facebook, disebutkan bahwa terhitung Senin, 31 Oktober 2016, aplikasi jasa ini akan memberhentikan layanannya hingga waktu yang belum ditentukan.
Melalui pengumuman tersebut, YesBoss mengklaim tengah mempersiapkan sesuatu hal yang baru untuk konsumennya. Namun pengumuman tersebut tidak dilengkapi informasi detail apa pun mengenai waktu pengoperasian kembali.
YesBoss hanya mengumumkan bahwa, berkaitan dengan perubahan baru dan penghentian layanan, jam operasi mereka berubah menjadi setiap Senin sampai Jumat. Adapun jam operasinya mulai pukul 11.00 hingga 20.00 WIB.
Perubahan waktu layanan tersebut berlaku terhitung sejak 1 hingga 31 Oktober 2016. Hingga hari pemberhentian nanti, YesBoss mengaku masih akan tetap menjual jasanya.
Ketika Tempo ingin meminta konfirmasi soal hal tersebut melalui pesan elektronik kepada YesBoss, Cindy, Client Service Representative, membenarkan hal itu. Menurut dia, YesBoss sedang mempersiapkan hal baru. “Tunggu kabar selanjutnya ya,” ujar Cindy melalui surat elektronik, Kamis lalu.
Pada 3 Oktober 2016, start-up yang bergerak pada bidang layanan jasa pengantaran dan pemesan makanan online dari Jerman, FoodPanda, juga menyatakan mundur atau menutup layanannya di Indonesia. Tahun lalu, FoodPanda juga menutup keiatan operasionalnya dari Vietnam.
Berdasarkan surat yang ditandatangani Managing Director FoodPanda Indonesia, Victor Delannoy, FoodPanda melayani pemesanan di Indonesia hanya sampai 3 Oktober 2016 hingga pukul 22.00 WIB.
“Melalui pemberitahuan ini, saya resmi mengumumkan keputusan FoodPanda untuk menghentikan semua kegiatan pemesanan makanan di Indonesia secara permanen,” kata Victor. FoodPanda akan memfokuskan bisnisnya pada lima negara lainnya, yaitu Singapura, Hong Kong, Malaysia, Taiwan, dan Thailand.
Victor juga menyatakan perusahaan akan menutup website dan aplikasi mobile di Indonesia, mengakhiri kerja sama dengan semua mitra restoran, dan menghentikan semua perjanjian dengan semua mitra pemasaran.
Keputusan penutupan bisnis ini datang setelah beberapa bulan sebelumnya FoodPanda berencana menjual bisnisnya dengan nilai kurang dari US$ 1 juta atau sekitar Rp 13 miliar. Perusahaan mengaku akan berfokus pada pasar Timur Tengah dan Eropa Timur, yang diklaim lebih menguntungkan.
FoodPanda di Indonesia hanya menguasai 4 persen pangsa pasar untuk jasa pengiriman makanan. Adapun 87 persen dipegang oleh Go-Jek dengan layanan Go-Food. Lalu, sebanyak 7 persen lainnya dipegang oleh Grab Food.
Kekalahan FoodPanda terjadi akibat keterbatasan layanan yang disediakan start-up yang berkantor pusat di Berlin, Jerman, ini. Layanan pemesanan dan pengantaran makanan ini hanya melayani daftar restoran yang terdaftar dan bekerja sama dengan FoodPanda.
Adapun kompetitor jasa serupa menawarkan layanan lebih beragam, dari aneka makanan kaki lima hingga restoran kelas atas. Armada pengantar mereka juga jauh lebih banyak dan lebih bervariasi.
Kompetitor bahkan juga menyediakan variasi pemesanan dan memiliki wilayah layanan yang luas. Dua kompetitor FoodPanda yang bergerak pada layanan pengantaran penumpang juga memiliki sistem pemesanan yang mudah dalam satu aplikasi utama.
Keberadaan aneka jasa yang disediakan kompetitor menjadi nilai lebih yang tak bisa dikejar bisnis pengantaran makanan saja.
FoodPanda hadir di Indonesia sejak 2012. Selama empat tahun, FoodPanda sudah melayani Kota Jakarta, Denpasar, Bandung, dan Surabaya. Adapun kompetitornya menjelajah ke lebih banyak kota di Indonesia dengan waktu layanan lebih panjang.
MAYA NAWANGWULAN