TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan mencatat realisasi defisit anggaran hingga 30 September 2016 sebesar Rp 224,3 triliun. Realisasi tersebut mencapai 75,6 persen dari target defisit Rp 296,7 triliun.
“Posisi defisit saat ini 1,79 persen dari produk domestik bruto,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani di kompleks DPR, Jakarta, Rabu, 12 Oktober 2016. Defisit per September lebih baik dibanding realisasi Juni sebesar Rp 230,7 triliun atau 1,83 persen dari PDB.
Sri mengatakan pemerintah menggunakan cara front loading untuk membiayai defisit. "Pembiayaan di depan bertujuan menjaga cash flow pemerintah," katanya. Pasalnya, penerimaan negara dari perpajakan hingga Agustus 2016 sangat di bawah target.
Baca: Sri Mulyani Siapkan Dua Strategi Penarik Dana Investor
Sri menambahkan, performa defisit ditunjang dana tebusan program amnesti pajak periode pertama. Uang tebusan selama periode tersebut mencapai Rp 92 triliun.
Program amnesti pajak juga mendukung peningkatan pendapatan negara, terutama pada September 2016. Total realisasi pendapatan negara hingga 30 September tercatat sebesar Rp 1.081,2 triliun. Realisasinya telah mencapai 60,5 persen dari target Rp 1.786 triliun.
Realisasi penerimaan perpajakan tercatat Rp 896,1 triliun atau 58,2 persen dari target Rp 1.539 triliun. Penerimaan PPh non-migas telah mencapai Rp 476,5 triliun atau naik Rp 375,8 triliun dibanding pada September 2015.
Adapun penerimaan cukai tercatat Rp 78,6 triliun atau turun Rp 10 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu. Penerimaan negara bukan pajak (PNPB) tercatat sudah terealisasi Rp 183,8 triliun atau 75 persen dari target.
Simak: Perampok Rp 17 M: Untuk Naik Haji Orang Tua dan Beli Jaguar
Realisasi belanja pemerintah pusat per September sebesar Rp 767,7 triliun. Jumlahnya sudah mencapai 59 persen dari target Rp 1.306,7 triliun. Belanja kementerian lembaga yang terealisasi sebesar Rp 482,6 triliun, sedangkan dana transfer ke daerah dan dana desa terealisasi sebesar Rp 537,8 triliun.
VINDRY FLORENTIN