TEMPO.CO, Jayapura - Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat kini memiliki infrastruktur listrik tambahan. Setidaknya ada enam infrastruktur listrik yang dibangun, dua di antaranya pembangkit listrik berbasis energi terbarukan.
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (persero) Sofyan Basir berharap keenam infrastruktur listrik bisa menambah keandalan sistem kelistrikan di Papua. "Kami juga saat ini tengah membangun pembangkit baru berkapasitas total 253 megawatt," kata Sofyan, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Tempo, Senin, 17 Oktober 2016.
Pembangkit itu tersebar di 13 titik di Papua dan Papua Barat dengan nilai investasi mencapai Rp 7 triliun.
Sementara itu, keenam infrastruktur yang akan diresmikan Presiden Joko Widodo ialah Pembangkit Listrik Tenaga Air Orya Genyem 2 x 10 megawatt; Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro Prafi 2 x 1, 25 MW; Saluran Udara Tegangan Tinggi 70 kilo Volt Genyem-Waena-Jayapura sepanjang 174,6 kilometer sirkit; Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kilovolt Holtekamp-Jayapura sepanjang 43,4 kilo meter sirkit; Gardu Induk Waena-Sentani 20 megavolt ampere; dan Gardu Induk Jayapura 20 megavolt ampere.
Baca: Tolak Pleidoi Jessica, Jaksa: Pembunuhan Rapi dan Keji
Total biaya yang dihabiskan dalam proyek enam infrastruktur itu mencapai Rp 989 miliar. Menurut Sofyan, beroperasinya enam infrastruktur itu membuat PLN sanggup menghemat penggunaan bahan bakar minyak sebesar Rp 161 miliar per tahun.
Saat ini kondisi kelistrikan di Papua dan Papua Barat mempunyai total daya mampu 294 MW dengan beban puncak 242 MW. Sedangkan pertumbuhan beban rata-rata 8 persen per tahun dengan jumlah pelanggan mencapai 521 ribu.
ADITYA BUDIMAN