TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah tengah mewaspadai lonjakan harga komoditas pokok, khususnya cabai merah besar, yang harga rata-rata nasionalnya sudah menyentuh Rp 50.100 per kilogram dan lebih tinggi lagi di pasar konsumen.
"Pada dasarnya kondisi untuk harga kebutuhan pangan pokok relatif stabil. Namun yang menjadi pantauan kami adalah untuk cabai merah, yang di daerah tertentu bahkan mengalami kenaikan cukup drastis," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan pada jumpa pers di Jakarta, Jumat, 28 Oktober 2016.
Oke mengatakan wilayah yang mengalami kenaikan harga tertinggi adalah Sumatera Utara dan Aceh. Berdasarkan informasi Kementerian Pertanian, sebenarnya stok cabai masih mencukupi. Namun para petani enggan memetik karena curah hujan yang tinggi akan menyebabkan cabai cepat busuk.
“Bukan karena tidak ada stoknya, sebenarnya masih banyak. Namun cabai tersebut tidak dipanen karena curah hujan tinggi, dan jika dipanen akan busuk sehingga petani tidak mau memanen dan dibiarkan saja," kata Oke.
Menurut dia, curah hujan tinggi dan petani yang enggan memanen, membuat pasokan cabai merah tidak bisa dialokasikan ke daerah-daerah yang mengalami kenaikan harga tinggi sehingga stok cabai seolah tidak ada.
Meskipun demikian, menurut Oke, pemerintah belum berencana mengimpor cabai dan masih akan menunggu waktu pemetikan cabai dari sentra-sentra produksi karena stok masih cukup banyak.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga rata-rata nasional untuk cabai merah besar adalah Rp 50.100 per kilogram, sedangkan di Pasar Grogol sudah menyentuh Rp 65 ribu per kilogram.
Stok barang kebutuhan pokok hasil pertanian, seperti beras dan kedelai, masih cukup untuk 3,1-7,2 bulan; untuk hasil peternakan berupa daging sapi cukup untuk 1,4 bulan; hasil industri, seperti gula, minyak goreng, dan tepung terigu, cukup untuk 1,3-1,7 bulan.
"Kondisi perkembangan harga kebutuhan bahan pokok pada dasarnya relatif stabil. Daging sapi stabil walaupun itu stabil di atas," ujar Oke.
ANTARA