TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengomentari soal keluhan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait intelijen negara. Menurut JK, hal yang wajar apabila pemerintah dan SBY memiliki pandangan berbeda mengenai intelijen.
"Intelijen itu informasi yang kemudian dianalisis. Analisis kan berbeda-beda. Mungkin yang ditangkap Pak SBY beda dengan kami," ujar JK saat memberikan keterangan pers bersama Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Kamis, 3 November 2016.
Baca Juga:
Dalam jumpa wartawan kemarin, SBY mengeluhkan ada kecurigaan bahwa dirinya berada di balik demo besar yang rencananya berlangsung di Balai Kota dan Istana Negara pada Jumat, 4 November 2016. Salah satu keluhannya, ia menyebut tudingan kepadanya itu akibat laporan intelijen pemerintah yang salah.
JK mengatakan, salah ataupun tidak, laporan intelijen pemerintah tetaplah hal yang harus diperhitungkan. Negara tanpa intelijen, kata dia, seperti orang yang tidak punya mata dan telinga. Bahkan, ia menambahkan, bahwa SBY pun kerap memperhitungkan laporan intelijen saat masih menjadi atasannya.
"Laporan intelijen itu maksudnya baik, supaya hal yang dikhawatirkan tidak terjadi," ujar Jusuf Kalla.
Presiden Joko Widodo sebelumnya juga sudah menyampaikan tanggapannya terkait keluhan SBY tersebut. Jokowi menganggap tindakan SBY adalah hal yang wajar. Apa yang dikatakan SBY itu dia terima sebagai masukan.
Jokowi juga mengomentari soal keterangan intelijen. Kalaupun intelijen salah atau benar, maka hal itu pun juga sesuatu yang wajar. "Namanya juga manusia, kan bisa salah, bisa error," ujarnya. Ia tak membantah ataupun membenarkan apakah intelijen negara memang mengarah ke SBY sebagai figur di balik demonstrasi 4 November 2016.
ISTMAN MP
Baca juga:
Antisipasi Demo Jumat, Helikopter TNI AD Kelilingi Istana
Rizieq Shihab Minta Polisi Tangkap Ahok Besok
EKSKLUSIF: Wawancara Kapolda Iriawan Jelang Demo 4 November