TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2016 berada di kisaran 5,0 hingga 5,1 persen. "Karena fiskal akan ekspansif," katanya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 10 November 2016.
Menurut Sri Mulyani banyak Kementerian dan Lembaga (KL) yang akan belanja di akhir 2016. Realisasi belanja hingga akhir tahun diprediksi mampu mencapai 96 persen dari target. Proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja yang biasanya sekitar 95 persen.
Baca Juga:
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebutkan, belanja negara selama Oktober hingga Desember 2016 sebesar Rp 600,6 triliun, terdiri dari belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah. Namun pendapatan dalam negeri diperkirakan mencapai Rp 486,1 triliun di kuartal IV. "Jadi ada netto defisit sebesar Rp 114,5 triliun," kata Sri Mulyani.
Simak: Peluang Pertamina Kuat Kelola Blok Sanga-Sanga
Menurut Sri Mulyani, defisit akan ditutup pembiayaan dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Penerbitan SBN sudah mencapai 98,7 persen. "Sisanya dipenuhi dari penerbitan surat utang di pasar domestik."Ia memastikan defisit APBN-P 2016 dijaga di tingkat 2,7 persen dari PDB.
Di kuartal III, ekonomi tercatat tumbuh 5,02 persen (yoy). Angkanya lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan negara-negara kawasan. Pertumbuhan didukung konsumsi rumah tangga yang terjaga pada level 5,0 persen. Pertumbuhan tersebut menunjukkan perekonomian Indonesia masih tetap kuat.
Baca: Masyarakat Diminta Migrasi ke Tabung 5,5 Kilogram
Meski begitu, investasi belum membaik di kuartal III. Konsumsi pemerintah pun tumbuh negatif seiring kebijakan penundaan dan pemotongan anggaran APBN-P 2016.
VINDRY FLORENTIN