TEMPO.CO, Bandung - Warga sipil dan tentara meramaikan aksi Nusantara Bersatu di Bandung, Rabu, 30 November 2016. Apel Kebangsaan itu direncanakan di lapangan Gasibu, Bandung, pukul 08.00 WIB.
Rombongan peserta yang di antaranya dari daerah Bandung Selatan bergerak ke lokasi acara dengan menggunakan sepeda motor dan mobil. Rombongan yang terpantau di Jalan Terusan Buah Batu misalnya, ada yang berkonvoi dengan sepeda motor. Sebagian peserta diangkut mobil bak terbuka, angkutan kota dari Banjaran Kabupaten Bandung, maupun mobil pribadi. Semua mengenakan ikat kepala merah putih.
Aksi Nusantara Bersatu pada 30 November 2016 ini merupakan gagasan Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo. Ia mengajak semua kalangan di tiap provinsi untuk berkumpul bersama di lapangan sambil mengenakan ikat kepala berwarna merah putih.
“Apabila ada ancaman kita atasi bersama-sama. Saatnya kita menunjukkan bahwa Nusantara bersatu,” katanya di kampus Universitas Padjadjaran, Bandung, Rabu, 23 November 2016.
Gatot pada seminar tentang ketahanan bangsa di kampus Universitas Padjadjaran Bandung memaparkan berbagai potensi ancaman perang di wilayah Indonesia. TNI mengelompokkan ancaman perang itu dalam tiga jenis, yakni perang asimetris yang konvensional, hibrida, dan proxy war.
Perang hibrida menggabungkan perang konvensional dengan informasi untuk menghancurkan lawan. Sedangkan proxy war merupakan perang dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti, seperti negara kecil, lembaga swadaya masyarakat, kelompok masyarakat, maupun perorangan.
TNI mengidentifikasi ada 16 upaya perang proxy yang bisa dilakukan pihak asing terhadap Indonesia, di antaranya investasi besar-besaran untuk eksploitasi dan menguasai sumber daya alam Indonesia, kampanye hitam untuk menjatuhkan dan menghancurkan hasil komoditas, atau menyuap pembuat kebijakan dan legislatif agar memihak kepentingan asing.
Selain itu, menciptakan konflik domestik, menguasai media massa untuk memutarbalikkan sejarah atau membuat kegaduhan di masyarakat misalnya, lalu membuat pasar narkoba. “Sebanyak dua persen atau lima juta penduduk Indonesia pengguna narkoba,” ujar Gatot.
Demonstrasi massa tanpa tujuan dan permasalahan yang jelas juga patut dicurigai TNI sebagai bentuk perang proxy. Sebagai warga negara, kata Panglima TNI, Indonesia adalah milik bersama.
“Maka aturan bersama yang dipatuhi. Jangan sok-sokan, pahlawan-pahlawan kita (berjuang) dengan keringat, tenaga, darah, dan nyawa. Jangan merasa (negara) ini punya satu kelompok," kata Gatot.
ANWAR SISWADI