TEMPO.CO, Bandung - Sesar atau patahan yang aktivitasnya menimbulkan lindu di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Rabu, 7 Desember 2016, mengagetkan peneliti gempa.
Sebelum terjadi gempa, sesar yang dinamakan Samalanga-Sipopok tersebut belum dipastikan aktif atau tidaknya. “Dalam peta mitigasi gempa Indonesia belum masuk,” kata pakar gempa dari ITB, Irwan Meilano, Rabu.
Sesar lokal tersebut, menurut Irwan, belum dikarakterisasi dengan rinci. Aceh memiliki banyak sesar lokal. Namun perhatian utama para peneliti adalah sesar atau patahan Sumatera yang memanjang dari Aceh hingga Lampung.
Wilayah Kabupaten Pidie Jaya pada pukul 05.03, Rabu, 7 Desember, diguncang gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 6,5. Pusat gempa terletak pada 5,25 Lintang Utara dan 96,24 Bujur Timur, tepatnya di darat di jarak 106 kilometer arah tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 15 kilometer.
Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan korban gempa bumi di Aceh terus bertambah menjadi 52 orang. "Sampai pukul 13.10, total korban meninggal 52 orang, korban luka berat 73 orang," ujar Sutopo saat konferensi pers di kantornya hari ini.
Sutopo juga menambahkan, ada sedikitnya 200 warga di Aceh yang mengalami luka ringan akibat gempa itu. Pihaknya pun mencatat terjadinya kerusakan parah bangunan di sejumlah tempat.
Ada sekitar 105 ruko roboh, 125 rumah roboh, 14 masjid runtuh, satu rumah sakit rusak, dan satu sekolah rusak berat. "Data diperkirakan akan terus bergerak, mengingat kerusakannya cukup masif.
Sutopo menjelaskan, di Kabupaten Pidie, Aceh, terdapat 50 orang meninggal. Di antara mereka telah diidentifikasi empat anak-anak dan lanjut usia. Sedangkan di Kabupaten Bireuen, terdapat korban meninggal dua orang ditambah luka berat sebanyak 78 orang.
ANWAR SISWADI
Baca:
Gempa Aceh, Korban Meninggal Bertambah Menjadi 52 Orang
Trauma Tsunami 2004, Warga Aceh Mengira akan Terjadi Tsunami
Gempa Aceh, Polri Turunkan Tim Identifikasi Korban Bencana