TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan jasa layanan kesehatan, PT Prodia Widyahusada Tbk, resmi memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten ke-15 tahun ini, Rabu, 7 Desember 2016.
Sebelumnya, emiten berkode saham PRDA itu telah melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 187,5 juta saham baru atau mewakili sebanyak-banyaknya 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan.
Komisaris Utama Andi Widjaja mengatakan perusahaannya berterima kasih kepada semua partner, mitra bisnis, dan investor yang telah memungkinkan Prodia sebagai perusahaan klinik pertama bisa menjadi perusahaan publik. "Saya dan rekan di Prodia bangga bahwa usaha yang kami dirintis sejak 43 tahun lalu dengan semangat untuk terus maju ini telah menjadi klinik terkemuka," ucap Andi saat memberi sambutan di Bursa Efek Indonesia, Rabu, 7 Desember 2016.
Andi berujar, IPO yang dilakukan perseroan merupakan langkah strategis dalam mengembangkan perusahaan, sehingga mereka membutuhkan pendanaan. "Terima kasih atas dukungan dan kepercayaan semua pihak, sehingga IPO bisa berjalan dengan baik dan makin bermanfaat bagi semua rakyat Indonesia," tuturnya.
Masa penawaran saham telah berlangsung mulai 30 November hingga 2 Desember 2016. Harga penawaran yang ditawarkan adalah Rp 6.500 per saham. Dengan ditentukannya harga penawaran tersebut, jumlah seluruh nilai IPO ini sekitar Rp 1,22 triliun. Sebelumnya, perseroan memberikan rentang harga penawaran pada Rp 6.250-Rp 8.000 per saham.
Bersamaan dengan IPO, perseroan mengadakan program alokasi saham karyawan dengan mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya 2 persen dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum saham perdana atau sebanyak-banyaknya 3,75 juta saham. Perseroan juga mengadakan program opsi kepemilikan saham kepada manajemen dan karyawan sebanyak-banyaknya 1,5 persen atau 14,06 juta saham.
Dalam rangka IPO saham ini, perseroan telah menunjuk PT Citigroup Securities Indonesia, PT Credit Suisse Securities Indonesia, dan PT Indo Premier Securities sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek. Perseroan juga menetapkan Citigroup Global Market Ltd dan Credit Suisse (Singapore) Ltd sebagai agen penjual internasional.
Rencananya, dana hasil IPO akan digunakan untuk sejumlah hal. Sekitar 67 persen di antaranya akan digunakan untuk mengembangkan dan memperbesar jaringan outlet perseroan di Indonesia, baik di pasar yang ada saat ini maupun pasar baru, baik melalui pertumbuhan organik maupun inorganik.
Kemudian sekitar 19 persennya akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas layanan perseroan melalui pembelian peralatan teknologi diagnostic generasi terbaru, peralatan untuk pemeriksaan non-laboratorium, dan peralatan perlengkapan teknologi informasi.
Sedangkan sisanya sebesar 14 persen akan digunakan untuk modal kerja, baik untuk mendukung kegiatan operasional kantor perusahaan dan outlet yang ada saat ini maupun outlet yang baru masuk klinik khusus dan klinik Prodia Health Care.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Prodia Liana Kuswandi menjelaskan, pada semester pertama 2016, Prodia membukukan pendapatan sebesar Rp 649 miliar, tumbuh 9,8 persen dari Rp 591 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Adapun total aset Prodia mencapai Rp 591 miliar per 30 Juni 2016. EBITDA Prodia sebesar Rp 100 miliar dan EBITDA margin sebesar 15,5 persen.
DESTRIANITA