TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Eximbank meresmikan kantor pemasaran di Denpasar, Bali, pada Kamis, 8 Desember 2016. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank Ngalim Sawega, ini sebagai salah satu bentuk upaya memperkuat dukungan untuk pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) berorientasi ekspor.
Menurut Ngalim, Indonesia Eximbank berkomitmen untuk terus menjalankan perannya dalam memberikan pelayanan pembiayaan ekspor dengan suku bunga kompetitif, fasilitas penjaminan, dan asuransi yang dapat meminimalisasi risiko dalam aktivitas ekspor.
Kantor pemasaran di Bali ini sebagai representasi Indonesia Eximbank di wilayah Indonesia bagian tengah. Kehadiran kantor ini secara geografis diharapkan mempermudah para pelaku usaha di industri UMKM berorientasi ekspor di Provinsi Bali dan sekitarnya, seperti Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur untuk menjangkau akses pembiayaan, penjaminan, dan asuransi.
“Selain melalui pembiayaan, penjaminan, dan asuransi, Indonesia Eximbank berupaya meningkatkan kapasitas UKM melalui jasa konsultasi yang diwujudkan melalui Coaching Program for New Exporter (CPNE),” kata Ngalim melalui keterangan tertulis.
Baca: Gempa Aceh, Mandiri Siapkan Layanan Perbankan Bergerak
CPNE adalah sebuah program berkelanjutan. Calon eksportir memperoleh pelatihan dan bimbingan, pendidikan, pameran, serta pendampingan selama periode tertentu hingga mereka mampu melakukan ekspor perdana.
Selama 2015 misalnya, Indonesia Eximbank telah melahirkan empat pelaku UKM yang berhasil melakukan ekspor perdana produk ke sejumlah negara. Yakni ekspor serat kapuk ke Italia, ekspor furnitur berbahan jati ke Singapura, ekspor serbuk kelapa cocopeat ke Hong Kong dan Cina, serta ekspor fermentasi kakao ke Prancis.
Sampai dengan triwulan III tahun 2016, ada tiga eksportir baru dari kegiatan CPNE tersebut yang berhasil mengekspor produknya secara perdana. Yakni tepung cassava ke Inggris, sapu glagah atau rayung ke Pakistan, dan lantai batu alam ke Cina.
Bali dinilai sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang solid dan potensi ekspor yang besar, termasuk untuk segmentasi UKM. Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan produk domestik bruto Bali berada di atas pertumbuhan PDB nasional. Data dari Bank Indonesia, pada 2015 dan triwulan III 2016, pertumbuhan ekonomi Bali tercatat 6,04 persen dan 6,17 persen di atas pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu 4,79 persen dan 5,02 persen.
Baca: Kebijakan Bappenas Hadapi Perlambatan Ekonomi
Pada 2015, ekonomi Bali ditopang oleh tiga sektor ekonomi utama yaitu perdagangan, restoran dan hotel (28,4 persen); pertanian, kehutanan dan perikanan (14,5 persen); dan transportasi, pergudangan dan komunikasi (14,0 persen).
Pada 2015, tercatat hampir 500 perusahaan atau pelaku ekspor yang berkontribusi terhadap total ekspor Provinsi Bali tahun 2015, yaitu US$ 498,7 juta. Adapun lima komoditas utama terbesar yang diekspor adalah ikan dan udang; perhiasan atau permata; pakaian jadi bukan rajutan; perabot, penerangan rumah; serta kayu dan barang dari kayu.
Pada Oktober 2016, nilai ekspor barang Provinsi Bali mencapai US$ 40,5 juta, naik 1,18 persen year on year dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 40 juta.
Potensi ekspor tersebut didukung oleh rencana Pemerintah Provinsi Bali untuk meningkatkan utilitas Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan utama ekspor Provinsi Bali.
REZKI ALVIONITASARI