TEMPO.CO, Ngawi - Khafid Fathoni, 22 tahun, terduga teroris yang ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian RI di kediamannya di Dusun Gebang, Desa Walikukun, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, dikenal sebagai pemuda pendiam.
"Tidak pernah aneh-aneh dan tidak pernah kumpul dengan tetangga," kata Sugeng Hariyanto, tetangga Khafid, Minggu, 11 Desember 2016.
Setiap berada di rumah ketika libur kuliah, Sugeng menuturkan, Khafid yang merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Solo, Jawa Tengah ini senantiasa membantu usaha keluarga. Dia ikut menggarap sawah dan terlibat dalam bisnis konveksi yang dirintis ayah dan ibunya.
Selain rajin membantu orang tua, Khafid juga dikenal taat beribadah. Atun, tetangga yang lain, mengatakan seringkali melihat Khafid salat berjamaah di masjid milik desa yang berjarak sekitar 100 meter dari kediamannya.
"Subuh tadi, dia sempat menyapa waktu saya buka toko," ujar Atun. Saat itu, Khafid baru saja pulang dari masjid.
Khafid, anak kedua dari empat bersaudara, menurut Atun, juga sering belanja kebutuhan dapur seperti telur, minyak goreng, dan mi instan di tokonya. "Dia tidak malu dan katanya juga dimasak sendiri," ujar perempuan ini.
Karena itu, Atun tidak menyangka, Khafid menjadi terduga terorisme dan diamankan tim Densus 88 antiteror. Apalagi, selama ini tidak ada sesuatu hal yang aneh pada Khafid. "Saya sama sekali tidak mengira," ungkap perempuan paruh baya ini.
Khafid disergap di kediamannya yang masuk Dusun Gebang, Desa Walikukun, Kecamatan Widodaren pada Minggu pagi, 11 Desember 2016. Penangkapannya berdasarkan hasil pengembangan tim Densus 88 antiteror Polri yang membekuk empat tersangka terorisme di Bekasi, Sabtu, 10 Desember 2016.
NOFIKA DIAN NUGROHO