TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia telah mengantisipasi rencana Bank Sentral Amerika (The Fed) yang memberikan sinyal untuk kembali menaikkan suku bunga mereka (Fed Fun Rate atau FFR) tahun depan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, keputusan The Fed yang akhirnya menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dua hari lalu menjadi 0,50-0,75 persen telah diantisipasi oleh pasar sebelumnya. Karena itu respon mereka tidak terlalu berlebihan.
Adapun untuk tahun depan, menanggapi kemungkinan BI yang akan menaikkan kembali suku bunga secara bertahap sebanyak tiga kali, BI juga telah melakukan antisipasi. “Dengan settlement ini dalam simulasi kami, kami masukkan (FFR) naik tiga kali. Ini responnya dari sisi bunga Bank Indonesia sudah cukup,” kata Pery Warjiyo di Komplek Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat, 16 Desember 2016.
Baca:
Harga Pertamax, Pertalite, dan Dexlite Naik Mulai Hari Ini
Dua Perusahaan Favorit Pencari Kerja di Indonesia
Sultan Iskandar Muda, Bandar Udara Halal Terbaik Dunia
Menurut Perry, yang sebaiknya diantisipasi adalah kemungkinan adanya sinyal dari The Fed yang dari waktu ke waktu berubah. Dengan begitu yang diantisipasi bukan lagi karena kenaikan suku bunga, namun reaksi pasara terhadap settlement yang akan dikeluarkan The Fed. Seperti yang terjadi selama ini, pasar akan cenderung bereaksi negatif terhadap sentimen kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika itu.
“Umumnya itu, pasar akan mempricing. Kalau ada tekanan modal asing keluar, itu nggak akan besar. Tapi lebih ke temporer outflow, lalu inflow, lalu kembali outflow. Ini yang kami rasa dengan melakukan seting kebijakan suku bunga, dan devisa yang cukup. Saya yakin itu mampu untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di global,” kata dia.
DESTRIANITA