TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad mengatakan kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) perbankan pada 2017 akan lebih terkontrol. Tahun depan, beban NPL yang banyak didorong tekanan dari sektor pertambangan semakin berkurang.
"Dengan tumbuhnya kredit, NPL akan terjaga pada level yang rendah. Pada 2016 konsolidasi, 017 sudah sehat," kata Muliaman dalam konferensi pers akhir tahun OJK di gedung OJK, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Jumat, 30 Desember 2016. "Beban sudah di-cover dengan pencadangan yang sangat memadai."
Pada 2016, menurut Muliaman, kredit bermasalah terjaga pada level yang lebih rendah, yakni 3,18 persen secara gross atau 1,38 persen secara net per November kemarin. Pada triwulan III 2016, NPL tercatat 1,42 persen secara net. "Secara net, NPL mengalami penurunan," ujarnya.
Menurut Muliaman, per November 2016, kredit perbankan juga tumbuh 8,46 persen year on year (yoy) menjadi Rp 4.285 triliun. Kredit dalam rupiah mendominasi pertumbuhan kredit perbankan, yakni 9,42 persen yoy. Sedangkan kredit dalam valuta asing atau valas tumbuh 3,35 persen.
Baca: Impor Beras Tahun Ini Lebih Tinggi, Ini Penjelasan BPS
Itu sebabnya, kredit bermasalah pada akhir tahun ini ditargetkan turun menjadi 3,04 persen secara gross dan 1,32 persen secara net. Pada triwulan IV 2017, NPL ditargetkan turun menjadi 2,76 persen secara gross. Sedangkan, secara net, kredit bermasalah hingga akhir 2017 ditargetkan turun menjadi 1,28 persen.
Ihwal kredit macet, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo sebelumnya pernah mengatakan pencadangan perbankan untuk mengantisipasi risiko kredit itu sudah dilakukan dengan kehati-hatian. Menurut dia, yang paling bisa berperan dalam menurunkan kredit bermasalah adalah pertumbuhan ekonomi dunia dan nasional yang meningkat.
Terlebih, pertumbuhan kredit saat ini masih belum optimal. Kondisi perekonomian global yang belum pulih, ujar dia, sangat mempengaruhi. "Walaupun demikian, kondisi perekonomian dalam negeri masih terjaga," ucap Agus di kantornya, Kamis, 22 September 2016.
ANGELINA ANJAR SAWITRI | GHOIDA RAHMAH