TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan inflasi pada akhir 2016 lebih rendah dibanding pada tahun sebelumnya. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadiwibowo mengatakan inflasi tertahan oleh harga beberapa komoditas yang mulai menurun. “Normalnya pada Desember mendekati 1 persen. Namun kali ini cenderung di bawah normal,” kata Sasmito kepada Tempo, Senin, 2 Januari 2017.
BPS berencana mengumumkan angka inflasi tersebut pada hari ini.
Menurut Sasmito, meski harga sejumlah bahan pangan meningkat, seperti cabai rawit merah yang harganya naik tajam hingga Rp 100 ribu per kilogram, harga komoditas substitusinya relatif lebih murah. Dia menyebutkan, harga cabai merah dan hijau mencapai Rp 50 ribu per kilogram.
Selain itu, harga makanan pokok, seperti beras, menurun pada pekan terakhir dibanding pada tahun-tahun sebelumnya. Harga tertinggi beras jenis IR 64 di Jakarta mencapai Rp 16 ribu per kilogram, sementara harga rata-rata beras Rp 11.210 per kilogram. “Harga gula pasir dan tepung terigu juga berangsur turun,” ujar Sasmito.
Lantaran kenaikan harga pangan tak terlalu signifikan, Sasmito melanjutkan, laju inflasi pada Desember didorong kenaikan harga atau tarif yang diatur oleh pemerintah (administered price), seperti tarif angkutan. “Saat terjadi tiga liburan panjang, permintaan terhadap layanan angkutan naik sehingga tarifnya ikut naik,” katanya.
Saat ditemui di kantornya pada akhir pekan lalu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan inflasi pada akhir tahun mencapai 0,31 persen dan secara year-on-year mencapai 2,91 persen. Menurut dia, inflasi akhir tahun terkendali lantaran harga komoditas pangan seperti cabai dan bawang relatif terkontrol. “Semoga bisa terus terjaga,” katanya.
Agus menyebut ongkos angkutan udara sebagai komponen pendorong inflasi yang cukup signifikan. Karena harga pangan relatif terkendali, Agus yakin angka inflasi akhir 2016 akan menjadi yang terendah sejak 2009 atau di bawah 0,65 persen. “Inflasi sepanjang tahun ini cukup baik karena selalu berada di kisaran 3 persen.”
PUTRI ADITYOWATI