TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hilmar Farid mengatakan banyak profesor ataupun doktor dan kalangan akademis yang percaya pada hoax (kabar bohong).
”Pengaruh media sosial memang luar biasa. Tinggal kasih foto dan judul, langsung menyebar berita hoax tersebut,” ujar Hilmar seusai peresmian kantor Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (Hiski) di Jakarta, Rabu, 4 Januari 2014.
Mereka yang percaya pada kabar bohong tersebut, kata Hilmar, sebagian besar adalah generasi transisi. Generasi yang lahir belum bersinggungan dengan teknologi dan ketika dewasa mulai kenal dengan teknologi.
“Biasanya, mereka yang percaya dengan kabar bohong tersebut adalah generasi transisi. Banyak malah profesor dan doktor yang percaya pada kabar bohong tersebut,” tuturnya.
Baca juga: Hoax, B.J. Habibie Dikabarkan Meninggal
Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukannya bersama Kementerian Komunikasi dan Informasi pada 2015. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa yang menjadi korban berita bohong ataupun SMS (pesan singkat) penipuan malah orang-orang yang mempunyai tingkat intelektualitas yang tinggi.
”Malah, anak-anak yang lahir sudah bersinggungan dengan teknologi tidak mudah percaya pada kabar bohong itu. Anak-anak itu lebih selektif karena bisa melacak sumber berita itu dengan teknologi.” Kabar bohong tersebut juga dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk membenarkan opininya terhadap suatu hal. Hilmar menyebutkan, yang mereka cari bukan informasi, melainkan konfirmasi.
Simak pula: Polisi Telusuri Penadah Telepon Seluler Perampok Pulomas
Untuk menangkis banyaknya kabar bohong tersebut, dia menyatakan perlu dilakukan literasi media yang memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa berita tersebut hoax atau bukan serta situs yang memberitakannya kredibel atau tidak.
”Literasi media ini perlu diberikan kepada masyarakat,” ucapnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta setiap kementerian yang ada sigap menangkal isu hoax yang beredar di media sosial. Jokowi meminta supaya situs atau media sosial yang menyebarkan hoax dan kebencian ditindak tegas.
ANTARA
Baca pula:
Ternyata, Jokowi dan Keluarga Langganan Nasi Goreng RS Salak
Penulis Jokowi Undercover, Tito: Mohon Maaf, Intelektualnya...