TEMPO.CO, Washington—Hanya beberapa jam setelah kantor Senator Jeff Sessions diduduki aktivis hak sipil Afrika Amerika, The Washington Post Rabu 4 Januari 2017 melaporkan penolakan terhadap calon Jaksa Agung pilihan presiden terpilih Donald Trump semakin meluas.
Lebih dari 1.100 profesor hukum di seluruh penjuru Amerika Serikat mengirimkan surat penolakan terhadap penunjukkan Sessions. Surat yang ditujukan kepada Kongres Amerika Serikat itu diteken oleh profesor dari 170 fakultas hukum di 48 negara bagian. Surat ini rencananya juga akan dikirim kepada Komite Hukum Senat yang akan memutuskan nasib Sessions pada 10-11 Januari mendatang.
Baca: Aktivis Duduki Kantor Jaksa Agung Pilihan Trump
"Kami menilai Jeff Sessions tidak akan mempromosikan keadilan dan persamaan hak di Amerika Serikat,” demikian tulis surat tersebut. Sejumlah nama-nama beken yang turut meneken surat ini antara lain Laurence H. Tribe dari Harvard Law School, Geoffrey R. Stone dari University of Chicago Law School, Pamela S. Karlan dari Stanford Law School dan Erwin Chemerinsky dari University of California at Irvine School of Law.
Robin Walker Sterling dari University of Denver Sturm College of Law, salah satu penggagas penolakan ini menyebut ribuan profesor itu meneken surat hanya dalam kurun waktu 72 jam. “Mereka sangat khawatir atas penunjukan Sessions dan bersedia menyatakan penolakan secara terbuka.”
Sejumlah keberatan atas penunjukkan Sessions diantaranya terkait penuntutan terhadap tiga aktivis sipil ata kasus kecurangan pemilu pada 1985 saat ia menjabat sebagai jaksa Alabama. Pria berusia 70 tahun itu juga mendukung pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko yang menuai kritik aktivis pro-imigran. Selain itu, Sessions dinilai menentang sejumlah upaya legislasi untuk mendukung hak-hak perempuan dan komunitas LGBT.
“Hingga kini belum ada fakta yang menunjukkan dia berbeda dari pria 39 tahun dulu dianggap rasis untuk diangkat sebagai hakim distrik federal.”
Tudingan rasis dilontarkan terhadap Sessions pada 1986. Saat itu Presiden Ronald Reagan menunjukknya sebagai calon hakim distrik federal. Saat pencalonannya di Senat, seorang anak buahnya bersaksi Sessions kerap melontarkan kalimat bernada rasis. Ia pun gagal menjadi hakim setelah penolakan terhadapnya meluas.
Namun dukungan terhadap dia cukup besar. Lebih dari 100 bekas jaksa yang pernah mengabdi untuk presiden dari Republik maupun Demokrat, menyatakan dukungan secara tertulis kepada Sessions. Dukungan tertulis ini pun telah dikirimkan kepada Senat.
THE WASHINGTON POST | SITA PLANASARI AQUADINI