TEMPO.CO, Surakarta - Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menyiapkan materi kampanye untuk para pegiat antihoax. Materi kampanye berupa poster itu dibuat para mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual (Diskomvis). "Mereka mendapat tugas membuat iklan layanan masyarakat dalam bentuk desain poster," kata Kepala Program Studi Diskomvis ISI Surakarta Basnendar, Kamis, 5 Januari 2017.
Menurut Bas, tema mata kuliah sengaja melawan hoax atau kabar bohong. "Kami mencoba menyelaraskan materi dengan kondisi saat ini."
Berita bohong yang membanjiri media sosial dinilainya telah sangat meresahkan masyarakat. Pihaknya juga mengundang beberapa aktivis komunitas antihoax untuk memberikan materi dalam perkuliahan. "Pendidikan tinggi sebagai lembaga intelektual harus ikut hadir melawan berita bohong."
ISI telah memperoleh 80 poster dari para mahasiswa. Sepuluh karya terbaik akan dibagikan kepada komunitas antihoax di sejumlah kota. "Kami menyerahkan karya-karya ini untuk kepentingan publik," ucap Bas.
Poster dalam bentuk cetak dan digital itu diharapkan mampu mendidik masyarakat mengenai bahaya merebaknya berita hoax. Tidak hanya edukatif, desain poster juga harus menarik, sehingga mampu merebut perhatian masyarakat.
Pihak kampus juga akan terus mendorong mahasiswanya untuk aktif berkampanye antihoax meski telah lulus mata kuliah itu. "Mereka juga bisa ikut berjuang dengan terus memproduksi poster," ujarnya.
Rencananya, beberapa poster pilihan akan dicetak dalam ukuran besar. Poster itu akan digunakan dalam deklarasi komunitas antihoax di sejumlah kota, seperti Surabaya, Semarang, dan Bandung. Rencananya, deklarasi itu akan digelar serentak pada 8 Januari 2017.
Koordinator Komunitas AntiHoax Surakarta Niken Satyawati menuturkan masuknya institusi kampus dalam gerakan itu sangat dibutuhkan. "Gerakan ini perlu jejaring yang sangat luas," katanya.
Menurut Niken, kabar bohong beredar sangat marak dan berpotensi memecah belah masyarakat. Masyarakat perlu terus diedukasi agar mampu menyaring informasi secara benar. "Budaya literasi juga perlu untuk terus ditingkatkan."
AHMAD RAFIQ