TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan, pada tahun ini pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) masih positif.
"Saya optimistis, sama dengan tahun lalu. tahun lalu kan sekitar 8,2-8,5 persen. Minimal 2017 sama, karena kondisi industri makanan dan minuman cukup mendukung," ujar Adhi Lukman saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Senin, 9 Januari 2017.
Menurut Adhi, untuk tahun ini pertumbuhan industri makanan dan minuman akan lebih banyak dipengaruhi oleh gempuran global. Untuk itu, setiap perusahaan harus menyiapkan strategi untuk menghindari tergerusnya keuntungan perusahaan.
"Ini yang kurang sehat sebenarnya. Untuk keberlanjutan industri, keuntungan kan mestinya wajar supaya ada investasi baru, bangunan baru, dan sebagainya. Apalagi perdagangan global semakin gencar," ucap Adhi.
Baca: Akhir Tax Amnesty dan SPT Bareng, Kemenkeu: Jangan Numplek
Terlebih, ucap Adhi, Indonesia kalah atas gugatan dengan Selandia Baru dan Amerika di WTO terkait kebijakan impor daging sapi, daging ayam, sayur dan buah. "Ini menandakan kita nggak bisa sembarangan membuat kebijakan. Makanya perdagangan dan peraturan harus dikaji benar-benar, nggak bisa membuat kebijakan yang sempit."
Adhi optimistis membaiknya harga komoditi pertanian akan berdampak positif bagi pertumbuhan industri makanan dan minuman nasional. Namun pelaku industri makanan dan minuman tetap harus mencermati adanya gempuran asing dan persaingan global yang semakin ketat.
"Di dunia banyak menerapkan global value chain. mereka enggak peduli impor dan tidak impor. Yang penting ada nilai tambah. mereka mencari tercepat dan termurah bahan bakunya. Kalau di negara kita kebijakannya tidak mendukung percepatan pembuatan produk, ya kita akan kalah bersaing," ucap Adhi.
DESTRIANITA