TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia dalam laporannya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,3 persen pada 2017. Peningkatan ini terutama didukung meningkatnya sektor investasi swasta, sehingga mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pertumbuhan ekonomi global tahun ini diprediksi juga meningkat menjadi 2,7 persen dari sebelumnya 2,3 persen.
Perbaikan ekonomi global ini terutama didorong pemulihan perekonomian di negara-negara berkembang yang diprediksi tumbuh 4,2 persen pada 2017, naik dari tahun lalu sebesar 3,4 persen. Hal itu dipengaruhi ekspektasi perbaikan harga komoditas global, terutama minyak dunia. Pertumbuhan ekonomi negara maju menunjukkan pemulihan terbatas, yaitu sebesar 1,8 persen atau naik dari tahun lalu sebesar 1,6 persen.
“Selanjutnya, ini akan mendorong perbaikan kinerja ekspor, khususnya bagi negara pengekspor komoditas pasar, termasuk Indonesia,” ucap ekonom dari Bank Pertama, Josua Pardede, ketika dihubungi Tempo, Rabu, 11 Januari 2017.
Baca: Bank Dunia Klaim Kemiskinan Global Turun 10 Persen
Meski demikian, Josua mengatakan Indonesia dan negara berkembang lain perlu mengantisipasi risiko dan tantangan global tahun ini, antara lain ketidakpastian prospek perdagangan dunia serta kebijakan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat. “Kemudian pelemahan investasi yang melambat serta pertumbuhan produktivitas yang melambat.”
Menurut Josua, tren perlambatan ekonomi Cina juga diperkirakan memberikan efek domino kepada sebagian besar negara berkembang. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun diprediksi moderat sebesar 5,1-,52 persen. Kredibilitas kebijakan fiskal dinilai Josua sebagai kunci menjaga pertumbuhan ekonomi dengan memberikan stimulasi kepada komponen yang ada.
“Kebijakan fiskal ekspansif, tapi tetap dalam prinsip kehati-hatian dengan melakukan efisiensi belanja barang dan memprioritaskan belanja infrastruktur,” tuturnya.
Baca: Suku Bunga The Fed Naik 2017, Ini Antisipasi BI
Kemudian pelonggaran kebijakan moneter pada 2016 diperkirakan akan tetap menjaga daya beli masyarakat tahun ini. “Dengan demikian, konsumsi masyarakat masih akan menjadi kontributor ekonomi Indonesia,” kata Josua.
Josua berujar, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat serta didukung reformasi kebijakan struktural melalui percepatan kebijakan deregulasi ekonomi dan percepatan infrastruktur berpotensi mendorong perbaikan investasi, khususnya di sektor riil. “Multiplier effect akan lebih besar pada pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.
GHOIDA RAHMAH