INFO INDONESIA KERJA - Kisah tentang swasembada beras di negeri ini telah lama hilang gaungnya selama bertahun-tahun. Cerita tentang ketahanan pangan dan swasembada beras itu kemudian seperti impian, susah diraih kembali. Segala upaya pun telah dilakukan, tapi masih belum terdengar hasilnya. Namun kerja keras dua tahun ini, impian itu menjadi kenyataan kembali.
Satu catatan emas siap ditorehkan, prestasi yang membanggakan perberasan nasional. Setelah 32 tahun, Indonesia meraih kembali swasembada beras nasional. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan, sepanjang 2016, Indonesia tidak melakukan impor beras, termasuk beras premium. Hal tersebut terjadi seiring dengan kenaikan produksi padi yang tahun ini mencapai 79,14 juta ton gabah kering giling (GKG). “Ini prestasi besar. Setelah 32 tahun, kita bisa meraih kembali prestasi yang pernah dicapai pada 1984, di mana FAO secara resmi mengakui Indonesia saat itu swasembada beras,” kata Amran dalam berbagai kesempatan.
Amran juga mengungkapkan, sepanjang tahun ini, pasokan pangan cukup stabil dengan produksi pangan, utamanya beras, pada 2015 naik 6,64 persen dan pada 2016 ini naik 4,97 persen meskipun dalam kondisi cuaca ekstrem El Nino dan La Nina. "Selama dua tahun tersebut, produksi beras naik 8,3 juta ton atau setara dengan Rp 38,5 triliun. Tahun ini, tidak ada rekomendasi dan ijin impor, termasuk beras premium," kata Amran di Jakarta, 20 Desember 2016 lalu.
Berdasarkan angka ramalan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian, produksi padi 2016 mencapai 79,14 juta ton GKG, meningkat 3,74 juta ton dibanding 2015. Produksi jagung 2016 sebanyak 23,16 juta ton pipilan kering atau meningkat 3,55 juta ton dibanding 2015.
Pada kesempatan sebelumnya, saat memberikan arahan dalam peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-36 di Boyolali, 30 Oktober 2016 lalu, mengenai hal ketersediaan pangan, Presiden Joko Widodo menegaskan, tahun ini (2016) tidak ada impor beras, dan impor jagung pun sudah turun 60 persen.
Hal senada disampaikan Anggota Komisi IV DPR Firman Subagiyo. Firman melihat banyak terobosan yang dilakukan pemerintahan Jokowi-JK dalam mengangkat sektor pertanian selama dua tahun menjabat. Dengan terobosan-terobosan tersebut, Indonesia sudah tidak lagi mengimpor beras, 2 November 2016.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan perkiraan itu betul dan sudah sesuai karena tiap tahun mengalami kenaikan produksi. Menurutnya, pemerintah telah menggerakkan potensi-potensi yang sudah ada.
"Lahan pasang surut dan rawa lebak dimaksimalkan, tidak diabaikan lagi. Ditambah sekarang dibantu dengan alat mesin pertanian sehingga menjadi dua kali tanam. Ditunjang tahun ini La Nina hujan terus yang bisa dijadikan peluang," ujar Winarno.
Winarno mencontohkan, pada 2016, Jawa Barat mengalami telat tanam yang dilakukan Februari awal karena sebelumnya ada El Nino. Sementara di Indonesia, selama ini menganut Oktober-Maret (Okmar), tapi masih kering. "Desember mulai hujan, awal Februari mulai tanam. Tahun ini bisa tiga kali tanam, ini maksimal. Walau ada serangan hama, tidak mempengaruhi panen dengan luas tanam yang bertambah," kata dia.(*)