TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta pertumbuhan kredit di tahun 2017 ditingkatkan lagi dari sebelumnya yang menurun. Target yang ia pasang, pertumbuhan kredit mencapai 12 persen.
"Pada 2016 turun ke 8,4 persen. Di 2017, diprediksi berada di antara 9 persen dan 12 persen. Jangan ambil 9 persen, ambil 12 persennya," ujar Presiden Joko Widodo saat membuka pertemuan awal tahun dengan Industri Jasa Keuangan di Istana Kepresidenan, Jumat, 13 Januari 2017.
Baca : Bank Asing Siap Salurkan Kredit UMKM 20 Persen
Presiden Joko Widodo meminta pertumbuhan kredit itu dipacu lewat penyaluran kredit ke usaha mikro dan kecil. Menurutnya, sektor tersebut memiliki potensi berkembang apabila mendapat bantuan kredit dari Bank Pembangunan Daerah untuk produktif, tidak konsumtif.
Kredit untuk usaha mikro dan kecil itu, lanjut Presiden Joko Widodo, bisa lebih tumbuh lagi apabila diikuti dengan subsidi bunga dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sebab, dengan bantuan subsidi, maka pelaku usaha mikro dan kecil tidak merasa takut akan terbebani bunga pinjaman.
Baca : Kemenkeu Bangun Database UMKM untuk Tekan Kredit Macet
"Jangan nunggu, jemput bola. Cek siapa rakyat yang membutuhkan, salurkan kredit ke sana. Hal itu bisa dipantau dari Perbankan. Tapi, hati-hati jangan sampai Non Performing Loan-nya naik juga," ujar Joko Widodo. Berdasarkan catatan Presiden Joko Widodo, Non Performing Loan Indonesia masih tergolong rendah, 3,18 persen.
Presiden Joko Widodo mengakui bahwa meningkatkan pertumbuhan kredit lewat usah mikro dan kecil bukan perkara gampang. Meski jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah mencapai 57,9 juta, tak banyak pelaku usahanya yang paham akan jasa keuangan. Walhasil, di saat mereka seharusnya bisa mendapatkan kredit usaha (KUR) dengan bunga rendah, mereka malah memakai rentenir.
"Jangan sampai petani yang beli pupuk, beli benih, bibit, ngambil ijon atau kredit dari rentenir. Saya minta pada Menteri Keuangan agar KUR ini subsidinya ditambah lagi tahun 2018 untuk sekotr yang produktif," ujarnya mengakhiri.
Baca : Dorong UMKM, BRI Bidik Kredit Tumbuh 17 Persen pada 2017
Sebelumnya, Bank Indonesia menyampaikan data yang berbeda dengan Presiden Joko Widodo. Versi Bank Indonesia, pertumbuhan kredit 2016 mencapai 9 persen. Hal itu, menurut Bank Indonesia, dipicu oleh perbaikan kinerja perekonomian nasional yang mengalami serangkaian perubahan akibat paket kebijakan.
Terkait NPL, Bank Indonesia membenarkan bahwa rasio kredit bermasalah berada di level 3,18 persen yang menurun dari 3,2 persen. Klaim mereka, angka itu sudah titik puncaknya dan diharapkan menyusut pada paruh pertama 2017.
ISTMAN MP