TEMPO.CO, Yogyakarta - Komunitas masyarakat anti-hoax akan melakukan gerakan bersama menolak penyebaran informasi palsu di Titik Nol Kilometer, Yogyakarta pada 22 Januari 2017. Mereka menamakannya Komunitas Masyarakat Anti Fitnah Yojomase. Nama itu kepanjangan dari Yogyakarta, Purworejo, Magelang dan sekitarnya.
Pendiri sekaligus Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia, Septiaji Eko Nugroho mengatakan acara itu merupakan gerakan sukarela karena mereka menyadari pentingnya budaya literasi bagi masyarakat, khususnya di Kota Yogyakarta, Purworejo, Magelang dan sekitarnya. “Tujuannya agar orang tidak mudah percaya informasi yang menyesatkan dan berita bohong,” kata Septiaji ketika dihubungi, Ahad, 15 Januari 2017.
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia mendeklarasikan gerakan menolak hoax di enam kota pada 8 Januari 2017. Yakni di Jakarta, Semarang, Surabaya, Solo, Bandung dan Wonosobo. Yojomase Anti Hoax di Yogyakarta akan menampilkan tokoh pewayangan Semar. Tokoh itu digunakan karena menggambarkan filosofi yang kuat. Semar dikenal sebagai tokoh pewayangan yang bijaksana dan punya peran penting. Semar mengajarkan nilai-nilai kejujuran dan kebenaran.
Deklarasi masyarakat anti-hoax akan menampilkan aksi teatrikal di depan Kantor Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta menuju ke Titik Nol. “Pengguna kawasan pedestrian Malioboro bisa melihat langsung aksi teatrikal itu,” kata Septiaji.
Aksi teatrikal menggambarkan perlawanan terhadap kejahatan dengan buto ijo atau raksasa hijau. Para relawan akan melakukan aksi diam dengan menutup mulutnya. Aksi dilanjutkan dengan pernyataan dukungan dari komunitas, wakil pemerintah dari tiga daerah, lalu menandatangani pernyataan dukungan terhadap gerakan itu.
Septiaji peduli membuat gerakan melawan hoax karena banyak masyarakat resah dengan peyebaran berita palsu. Sebagian masyarakat gagap dengan media sosial. Sebagian dari mereka memilih mencari informasi melalui media sosial karena menganggap sejumlah berita media arus utama tidak akurat dan mewakili kepentingan pemilik media.
Beberapa aktivis media sosial mendirikan grup dan fanpage di Facebook sebagai bentuk perlawanan terhadap informasi hoax di media sosial. Relawan yang berhimpun beras dari banyak daerah. Di antaranya Surabaya, Solo, Yogyakarta, Wonosobo, Semarang, Bandung, Jakarta, dan Kalimantan.
Mereka terpanggil karena tidak tega melihat kawannya, saudaranya, termakan hoax yang mengakibatkan pertengkaran hingga menyebabkan hubungan mereka terputus di dunia nyata. Media sosial memungkinkan akun anonim menulis segala informasi. Beberapa orang yang tidak bertanggungjawab kemudian menggunakan media sosial untuk menyebarkan fitnah, hasut, dan hoax.
SHINTA MAHARANI