TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi, 16 Januari 2017, 13.342 per dolar Amerika Serikat, bergerak melemah tipis sebesar empat poin dibanding sebelumnya, di posisi 13.338.
Analis dari Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, di Jakarta, mengatakan mata uang rupiah masih berada dalam area negatif terhadap dolar AS mengantisipasi kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pemerintahan baru Amerika Serikat.
”Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed) dan pengetatan likuiditas cukup mempengaruhi laju mata uang domestik,” katanya.
Namun ia berharap sentimen dari Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan tren suku bunga rendah pada 2017 dapat menjaga fluktuasi mata uang rupiah.
Di sisi lain, ujar Reza, masih adanya dana asing yang masuk selama periode 1-9 Januari 2017 berjumlah sekitar US$ 700 juta diharapkan juga dapat membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah pada awal Januari ini.
Ia menambahkan, sentimen dari Bank Indonesia terkait dengan defisit transaksi berjalan sepanjang 2016, yang diperkirakan menyusut menjadi 1,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dibanding tahun sebelumnya, yang sebesar 2,06 persen, juga dapat menjadi pendorong rupiah untuk kembali bergerak di area positif.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan ruang penguatan rupiah masih tersedia di tengah harapan neraca perdagangan Indonesia periode Desember 2016, yang diperkirakan surplus.
”Neraca perdagangan Indonesia periode Desember 2016 diperkirakan surplus US$ 600 juta, dan diharapkan mampu menjaga pergerakan rupiah,” katanya.
ANTARA