TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) tengah mempertimbangkan impor Liquified Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat. Pertamina berharap harga yang ditawarkan bisa lebih menarik.
SVP Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina, Daniel Purba, mengatakan impor elpiji selama ini berasal dari Timur Tengah yang diambil dari sumber pasokan Asia Pasifik. "Dengan Kanal Panama yang mulai beroperasi, elpiji dari Amerika ke Asia Pasifik semakin banyak," kata dia di hotel Shangri-la, Jakarta, Selasa, 17 Januari 2017.
Baca: Pertamina Klaim Rugi Akibat Harga Premium Tak Naik
Daniel berharap harga elpiji dari Amerika bisa lebih murah dibandingkan sumber pasokan di Asia Pasifik. Pasalnya, rute distribusi gas tidak lagi memutar jauh dengan adanya Kanal Panama.
Impor elpiji semakin meningkat. Pada 2016, sebanyak 65 persen dari kebutuhan konsumsi elpiji dipenuhi dari impor. Daniel mengatakan tahun ini impor meningkat menjadi 70 persen.
Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengatakan suplai elpiji di dalam negeri semakin sulit didapat. "Gas di Indonesia semakin ringan sehingga hasil elpiji semakin turun," kata dia.
Bambang menambahkan produksi gas C3 dan C4 semakin menurun. Produksi didominasi gas C1 yang memiliki massa lebih ringan dan tingkat karbon yang lebih rendah.
Simak: Percepat Proyek Infrastruktur, PP 26 Tahun 2008 Direvisi
Sementara kebutuhan elpiji terus meningkat. Konsumsi elpiji Indonesia meningkat rata-rata 13 persen tahun. Pada 2016, konsumsi elpiji mencapai 7 juta metrik ton. Jumlahnya meningkat 700 persen dibandingkan sembilan tahun lalu.
VINDRY FLORENTIN