TEMPO.CO, Jakarta - Pada perdagangan hari ini, Kamis, 19 Januari 2017, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diperkirakan bergerak bervariasi. IHSG berpeluang melanjutkan penguatan dalam rentang terbatas.
Analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto menuturkan, penguatan dolar AS bisa menekan kembali rupiah dan memicu aksi ambil untung temporer di pasar saham. "IHSG diperkirakan bergerak bervariasi dengan support di 5.270 dan resisten di 5.330," kata David Sutyanto dalam pesan tertulisnya.
IHSG pada perdagangan kemarin berhasil berbalik menguat atau rebound setelah selama tujuh hari perdagangan berturut-turut tutup di teritori negatif. IHSG menguat terbatas 27,84 poin (0,53 persen) di 5.294,784. Harga komoditas CPO yang bergerak menguat ikut mendorong aksi beli atas saham sektor perkebunan.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat di Rp 13.328 menyusul pelemahan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia setelah Presiden terpilih Donald Trump menilai posisi dolar AS saat ini terlalu kuat.
Penguatan IHSG kemarin terjadi di tengah masih kuatnya kekhawatiran atas sejumlah isu global seperti rencana aksi Inggris keluar dari Uni Eropa dan antisipasi pasar atas kebijakan ekonomi Trump pasca pelantikannya sebagai presiden terpilih AS akhir pekan ini.
Sementara tadi malam Wall Street bergerak bervariasi. Indeks DJIA melemah 0,11 persen di 19.804,72. Indeks S&P menguat 0,2 persen di 2.271,89 terutama ditopang saham sektor keuangan sebagai respon atas pencapaian laba kuartal IV 2016 yang di atas estimasi.
Indeks Nasdaq menguat 0,3 persen di 5.555,66 ditopang kenaikan saham Netflix. Menurut David, pasar saham Wall Street tadi malam merespon pidato Yellen yang intinya mengatakan perkembangan ekonomi AS mendekati target bank sentral. Inflasi Desember 2016 di AS secara tahunan mencapai 2,1 persen di atas 2 persen untuk pertama kali sejak 2014.
"Ini membuat proyeksi kenaikan bunga The Fed tahun ini bisa mencapai tiga kali atau 75 basis poin," tutur David.
Komentar Yellen ini menyulut kenaikan dolar AS hingga 1,1 persen tadi malam dan yield obligasi tenor 10 tahun mencapai 2,42 persen.
DESTRIANITA