TEMPO.CO, Jakarta - Kehadiran Imam Mohamed Magid, ulama terkemuka di Amerika Serikat, dalam doa bersama lintas agama untuk pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Sabtu 21 Januari 2017, memicu reaksi dari sejumlah tokoh muslim lainnya.
Aksi doa bersama lintas agama itu rupanya sudah dilakukan Magid selama bertahun-tahun. CNN melansir pada Sabtu, 21 Januari 2017, wajah Magid sudah akrab di acara-acara lintas agama dan pemerintahan di Washington.
Sejumlah pejabat pun telah ditemuinya, seperti mantan Presiden AS Barack Obama. Keduanya pernah bertemu dan membahas soal ayah dan menjamu anggota pemerintahan Obama di kompleks besar pusat Islam di Virginia Utara, yang dipimpin Magid.
Baca:
Di Muka Donald Trump, Imam Ini Bacakan Al Hujurat dan Ar Rum
Imam Bacakan Quran di Depan Donald Trump, Ini Reaksi Muslim
Tahun lalu, FBI memberikan sebuah penghargaan kepemimpinan masyarakat untuk memperkuat ikatan antara muslim lokal dan penegakan hukum, terhadap kompleks besar pusat Islam yang dipimpin Magid, yakni All Dulles Area Muslim Society.
Magid sebelumnya memimpin Islamic Society of of North Amerika, pada periode 2010-2014. Dalam kepemimpinannya, ia berhasil mempertemukan ribuan umat Islam setiap tahunnya, dan menjadikan pria keturunan Sudan Amerika itu masuk dalam daftar 500 tokoh muslim berpengaruh di dunia.
Aksi Magid dalam acara doa bersama lintas agama itu kini ditanggapi sejumlah tokoh muslim lainnya. Salah satunya dari Hussam Ayloush, Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations di Los Angeles. Ia berpendapat bahwa keputusan Magid hadir di acara itu merusak prinsip banyak Muslim yang secara terbuka menentang Trump.
Menanggapi adanya reaksi tersebut, Magid pun menegaskan bahwa peran pemimpin agama adalah untuk berbagi kebenaran dan nilai-nilai Islam bagi semua orang, termasuk mereka yang berkuasa. Menurut dia, Muslim Amerika harus berbagi pesan baik melalui protes maupun pertemuan pribadi dengan pejabat pemerintah.
“Jangan menganggap upaya untuk melibatkan mereka yang salah paham tentang Islam, untuk mempengaruhi opini publik,” ujarnya.
CNN | FRISKI RIANA
Baca juga:
Trump Presiden AS, MUI: Bisa Berdampak Buruk bagi Indonesia
Trump Acap Pojokkan Islam, Fadli Zon: Hanya Teknik Kampanye