TEMPO.CO, Jakarta - Dunia olahraga alam bebas Indonesia berduka setelah tiga mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, tewas dalam latihan pendidikan dasar Mapala UII, pekan lalu. Polisi masih menyelidiki penyebab tewasnya ketiga mahasiswa tersebut.
Lepas dari tragedi yang menimpa mahasiswa UII tersebut, antusias masyarakat terhadap olahraga pendakian gunung belakangan ini memang terlihat meningkat tajam. Segala lapisan masyarakat mulai menjelajah sejumlah gunung di Nusantara.
Berita lain:
Trekking Asyik Curug Bidadari-Gunung Pancar
Aktivitas Meningkat, Jalur Pendakian Gunung Dukono
Olahraga ini tergolong cukup ekstrem, karena jika tak dilakukan dengan persiapan matang, bisa menimbulkan kecelakaan. Kadang bahkan menimbulkan korban jiwa. Berikut ini tip yang disampaikan dokter spesialis kedokteran olahraga, Michael Triangto, agar pendakian berlangsung aman.
Pertama, kondisi badan harus sehat. Menurut Michael, untuk mendaki gunung apa pun termasuk gunung yang ekstrem, diwajibkan memiliki fisik dan mental yang sehat.
"Jangan karena sudah pesan tempat atau sudah menjadwalkan naik gunung, tapi kondisi badan tidak fit. Ini hanya akan membuat tubuh semakin sakit atau lemah saat mendaki, karena dibutuhkan fisik dan mental yang sehat," kata dia, Rabu, 25 Januari 2017.
Kedua, jangan mendaki gunung sendirian, dan usahakan mendaki dengan teman, agar bisa saling membantu. "Bukan saling merepotkan. Tanamkan dalam diri Anda rasa saling percaya, percaya teman Anda itu akan menyelamatkan Anda jika terjadi sesuatu hal," ujarnya.
Ketiga, perlengkapan memadai. "Pakaian dan makanan yang cukup, juga perlengkapan lainnya yang menunjang pendakian," ujar Michael.
Keempat, membuat perencanaan atau planning. "Siapa saja yang akan mendaki, supporting, letak tenda satu di mana, tenda dua di mana, waktu mendaki, dan lainnya," kata dia.
Kelima, harus ada persiapan. Michael menjelaskan, persiapan ini lebih kepada jika ada sesuatu hal terjadi. Misalnya, persiapan setiap pendaki dengan melapor kepada pos penjagaan.
Tujuannya, agar jika sampai batas waktu yang ditentukan pendaki belum sampai ke bawah lagi, tim pencarian bisa langsung bergerak cepat. "Karena tim (pencarian) dikejar waktu, seperti pendaki mengalami hipotermia, kekurangan makanan, dan sebagainya," kata Michael.
Terakhir, olahraga sebelum melakukan pendakian. Sebab, menurut Michael, mendaki gunung tidak hanya kaki, tungkai, tapi juga tangan dan seluruh tubuh. Untuk itu, sebaiknya melakukan olahraga yang dapat melatih kardio, beban, dan kelenturan.
"Latihan kardio bisa dilakukan dengan joging atau renang, untuk meningkatkan paru dan jantung. Ini agar kemampuan tubuh dalam mengambil oksigen meningkat saat mendaki gunung," ujarnya.
Latihan beban, Michael menjelaskan, dapat dilakukan dengan olahraga panjat tebing, karena tidak hanya mengangkat tubuhnya tapi juga telapak tangan agar kuat.
Adapun, latihan kelenturan bisa dilakukan dengan olahraga untuk keseimbangan, karena saat di gunung ada jalanan yang curam, bukit, dan terjal. "Ini semua harus dipersiapkan," kata Michael.
AFRILIA SURYANIS