TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Badan Usaha Milik Negara di Dewan Perwakilan Rakyat akan memeriksa Anggaran Dasar PT Pertamina. Disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham pada Oktober 2016, anggaran dasar ini membagi kewenangan antara direktur utama dan wakil direktur utama sehingga dinilai menimbulkan dualisme kepemimpinan.
"Dalam perusahaan tidak boleh ada matahari kembar," kata Wakil Ketua Komisi BUMN DPR Inas Nasrullah Zubir kepada Tempo, Rabu, 25 Januari 2017.
Aturan baru itu menimbulkan dualisme kepemimpinan antara Direktur Utama Dwi Soetjipto dan wakilnya, Ahmad Bambang. Menurut Nasrullah, hal itu akan mengganggu keuangan dan membahayakan Pertamina.
Baca : Dualisme Kepemimpinan Ganggu Kinerja Pertamina
Sejumlah sumber mengatakan Direktur Utama Dwi Soetjipto sama sekali tidak dimintai pendapat dalam penyusunan struktur baru ini. Dalam mekanisme impor minyak, menurut beberapa pejabat perusahaan itu, Direktur Utama kini hanya menjadi tukang stempel. Keputusan diambil Wakil Direktur Utama, yang membawahkan Direktur Pengolahan dan Direktur Pemasaran Pertamina.
Baca: Pasokan Merosot, Pertamina Mendadak Impor Solar
Perubahan anggaran dasar perusahaan menambah jumlah anggota direksi dari tujuh menjadi sembilan orang. Selain wakil direktur utama, struktur baru memunculkan direktur megaproyek pengolahan dan petrokimia.
Dalam rapat kerja dengan manajemen Pertamina pada Senin lalu, Inas mempertanyakan soal “matahari kembar” tersebut. Namun ia mengaku tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Rapat juga dihadiri oleh Deputi Bidang Energi, Logistik, dan Kawasan Pariwisata Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah.
“Tapi Edwin menolak menjawab lantaran bukan kewenangannya. Padahal ia juga Komisaris Pertamina," kata Inas.
Edwin membantah rumor dualisme kepemimpinan di Pertamina. Menurut dia, wakil direktur utama tetap bertanggung jawab kepada direktur utama. Fungsi wakil direktur adalah menjadi chief operating officer, yang mengkoordinasikan sektor pengolahan dan pemasaran.
Usul posisi wakil direktur utama diajukan oleh Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng pada Mei 2015. Menurut Erwin, Tanri menggandeng konsultan keuangan Accenture untuk membandingkan struktur Pertamina dengan perusahaan energi lain di dunia. "Jadi tidak ujug-ujug,” kata dia.
Tanri menyatakan struktur direksi Pertamina saat ini ideal karena, menurut dia, lingkup bisnis perusahaan tersebut begitu kompleks. Bahkan, ke depan, ia mengusulkan agar sebagian besar pekerjaan korporat dioper ke anak perusahaan. "Tugas korporat adalah memikirkan strategi dan pengawasan, sehingga bisa diukur profitabilitas masing-masing,” katanya.
Direktur Utama Dwi Soetjipto menolak berkomentar soal struktur Pertamina. Adapun Wakil Direktur Utama Ahmad Bambang optimistis struktur Pertamina sekarang membuat kinerja antar-direktorat lebih transparan. "Tidak ada lagi dusta. Tidak ada yang disembunyikan," ujarnya.
ALI NUR YASIN | RETNO SULISTYOWATI | ROBBY IRFANY