TEMPO.CO, Jakarta - Realisasi produksi dan penjualan tembaga PT Freeport Indonesia sepanjang tahun lalu masing-masing melonjak 41 persen. Menurut laporan keuangan Freeport-McMoRan per Desember 2016, produksi tembaga Freeport Indonesia naik dari 752 juta pound pada 2015 menjadi 1,06 miliar pound pada 2016. Tidak berbeda angka penjualan tembaga juga naik dari 2015 sebesar 744 juta pound menjadi 1,05 miliar pound pada 2016.
“Kenaikan penjualan tembaga terutama ditopang realisasi pada kuartal IV 2016 yang sebesar sebesar 352 juta pound atau melonjak 80 persen dibandingkan kuartal IV 2015 yang sebesar 195 juta pound,” demikian disampaikan manajemen Freeport-McMoRan dalam laporan keuangan yang dipublikasi pada Rabu, 25 Januari 2017, waktu AS.
Baca Juga:
Meski begitu, menurut manajemen Freeport, realisasi penjualan pada kuartal IV 2016 tersebut masih lebih rendah dibandingkan estimasi yang disampaikan pada Oktober tahun lalu. Kondisi itu menggambarkan rendahnya produksi tambang terbuka Grasberg, Papua. Perseroan saat ini sedang melakukan beberapa upaya untuk memperbaiki produksi tambang terbuka Grasberg.
Baca : Kalah Gugatan dan Dilarang Ekspor, Saham Freeport Anjlok
Berbeda dengan tembaga, produksi dan penjualan emas perusahaan sepanjang tahun lalu menurun. Pada 2015, produksi emas Freeport Indonesia sebesar 1,23 juta ounce, namun sepanjang tahun lalu menurun 14 persen menjadi 1,06 juta ounce. Tidak berbeda penjualan emas juga menurun 14 persen dari sebelumnya 1,22 juta ounce di 2015 menjadi 1,05 juta ounce di 2016.
“Freeport Indonesia saat ini sedang menambang di fase final tambang terbuka Grasberg, yang didalamnya mengandung tembaga dan emas kualitas tinggi (high grade),” demikian manajemen Freeport-McMoRan menambahkan.
Freeport menargetkan akan menambang tembaga dan emas kualitas tinggi itu dalam periode beberapa kuartal mendatang, sebelum masa transisi mulai menambang tambang bawah tanah Grasberg Block Cave pada 2018. Perseroan menargetkan untuk memproduksi tembaga dan emas dalam jumlah besar di tambang bawah tanah. Pada 2017-2021, nilai investasi yang digelontorkan diestimasikan sebesar US$ 1 miliar (Rp 13 triliun) per tahun.
Baca : Freeport Ajukan Dua Syarat Akhiri Kontrak Karya
Sepanjang tahun ini dengan asumsi perseroan sudah mendapatkan izin ekspor pada Februari 2017, Freeport menargetkan produksi tembaga dan emas dari tambang Grasberg masing-masing 1,3 miliar pound dan 2,2 juta ounce. Produksi tembaga pada 2017 ditargetkan naik 23 persen dan emas melonjak 109 persen.
“Untuk setiap bulan penundaan karena perusahaan tak kunjung mendapatkan izin ekspor, maka produksi diprediksi terpangkas 70 juta pound untuk tembaga dan 100 ribu ounce untuk emas,” demikian manajemen Freeport mengungkapkan.
Hinga Desember 2016, perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu memiliki cadangan terbukti di tambang di Papua, yakni untuk tembaga sebesar 26,9 miliar pound dan emas 25,8 juta ounce.
Jumlah cadangan tembaga Freeport di Indonesia adalah urutan ketiga setelah tambang di Amerika Utara dan Amerika Selatan. Adapun untuk cadangan emas Freeport di Indonesia adalah yang terbesar. Sebab, perusahaan memiliki tambang emas lain di Amerika utara yang jumlahnya kecil hanya 0,3 juta ounce.
ABDUL MALIK