TEMPO.CO, Surabaya - Pelaksana tugas Direktur Utama PT Tempo Inti Media Thoriq Hadad, Pemimpin Redaksi Tempo TV Wahyu Muryadi, dan Direktur Pusat Data dan Analisa Tempo Muhammad Taufiqurohman mengunjungi mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan di kediamannya, Perumahan Sakura Regency Surabaya, Minggu sore, 29 Januari 2017.
Mereka ditemui Dahlan di beranda samping sembari mengudap camilan rempeyek dan pisang susu. Obrolan ringan berlangsung di tengah suasana agak gelap karena hujan lebat dan listrik di perumahan Dahlan padam.
Wahyu sempat menanyakan kesehatan Dahlan selama menjadi tahanan kota. Dahlan pun menjawab bahwa kondisinya baik-baik saja. "Tamu-tamu masih terus berdatangan sampai tadi siang, saya senang," ujar bos Jawa Pos itu.
Wahyu juga sempat menanyakan proses hukum kasus dugaan korupsi penjualan aset PT Panca Wira Usaha Jawa Timur yang sedang disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Surabaya. Dalam perkara itu, Dahlan berstatus terdakwa. Dahlan hanya mengangkat bahu. "Saya tidak tahu, dijalani saja, ngglundhung semprung (mengalir). Saya tidak mau kompromi," ucap Dahlan.
Baca juga:
Ansor Jatim Gerakkan Netizen NU Tangkal Hoax
Rektor UII: Tak Perlu Bikin Petisi untuk Membela Saya
Thoriq kemudian menanyakan apakah selama menjadi tahanan kota Dahlan sempat menulis buku. Dahlan berujar tidak punya waktu menulis karena banyak tamu yang datang. Wahyu pun bertamsil bahwa cerdik pandai itu seperti teko dan sumur.
Teko, kata Wahyu, menuangkan air ke gelas dan diminum orang. Lama-lama air dalam teko itu habis. Adapun sumur, seberapa pun dia ditimba, airnya tidak pernah kering. "Mas Dahlan itu seperti sumur, ilmunya tak habis meski tiap hari diambil para tamu," ujar Wahyu.
Karena kian sore suasana makin gelap dan listrik belum juga menyala, Dahlan mengajak Thoriq dan kawan-kawan pindah ke kantor redaksi Jawa Pos di lantai 4 Graha Pena Jalan Ahmad Yani. Jarak antara rumah Dahlan dengan Jawa Pos memang tidak terlalu jauh.
Di Jawa Pos, perbincangan makin hangat karena Direktur Jawa Pos Koran Azrul Ananda dan Pemimpin Redaksi Jawa Pos Nur Wahid ikut nimbrung. Pembicaraan beralih ke persoalan bisnis media.
Dahlan berujar dirinya termasuk yang tetap optimistis media cetak tetap eksis di tengah gempuran televisi dan online. Kalau pun ada koran yang gulung tikar, Dahlan lebih melihat penyebabnya adalah buruknya manajemen surat kabar tersebut. "Bukan karena faktor serbuan media online atau televisi," ujarnya.
Azrul, yang juga putra Dahlan, mengamini pendapat itu. Dia berujar media cetak masih berpotensi tumbuh asal dikelola secara profesional. Terobosan-terobosan pemasaran, ujar Azrul, merupakan faktor kuncinya.
Azrul mengatakan Jawa Pos pelan-pelan mulai merombak pemasaran dari cara konvensional ke modern. Di antaranya dengan sistem aplikasi. "Buktinya, Jawa Pos masih tumbuh, baik oplah maupun iklannya," tutur dia.
KUKUH S. WIBOWO
Simak juga:
Riset: Jakarta Masuk 5 Besar Provinsi Intoleransi Keagamaan
Isu Penolakan Rizieq, Bachtiar Nasir: Jangan Terprovokasi