TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan kontribusi sektor energi dan sumber daya mineral terhadap total investasi nasional cukup besar. Tahun lalu, menurut dia, sektor kelistrikan masuk daftar 5 besar penanaman modal dalam negeri.
Baca: Produksi Minyak Terancam Turun pada 2019
"Sementara untuk penanaman modal asing, smelter ada di posisi nomor 1 dan tambang ada di posisi nomor 4," kata Thomas dalam peluncuran Layanan Cepat Perizinan 3 Jam terkait infrastruktur di sektor energi dan sumber daya mineral di Kantor BKPM, Jakarta Selatan, Senin, 30 Januari 2017.
Dengan potensi yang cukup besar tersebut, menurut Thomas, BKPM pun meluncurkan layanan cepat perizinan yang disebut layanan ESDM3J. Layanan itu meliputi sembilan izin usaha sementara di bidang kelistrikan dan migas. Thomas berharap, layanan tersebut dapat mendukung pencapaian target realisasi investasi tahun ini.
Thomas menargetkan, kontribusi sektor energi dan sumber daya mineral terhadap total investasi nasional dapat mencapai 20-50 persen pada 2017-2018. Tahun ini, menurut dia, realisasi investasi ditargetkan mencapai Rp 678,8 triliun, yang meliputi semua sektor, termasuk sektor energi dan sumber daya mineral tapi tidak termasuk proyek-proyek investasi di hulu.
Baca: Kejaksaan Periksa Wakil Dirut Pertamina Hari Ini
Sebelumnya, Thomas menyatakan, kontribusi sektor energi dan sumber daya mineral terhadap total investasi nasional tidak lebih dari 10 persen. Dengan adanya berbagai proyek yang dibangun pemerintah, termasuk proyek listrik 35 ribu megawatt, investasi pun meningkat. "Saya lihat sudah banyak financial closing. Jumlahnya akan besar sekali tahun ini dan tahun depan."
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menambahkan, layanan tersebut juga dapat mendukung pencapaian target investasi sektor energi dan sumber daya mineral yang dipatok oleh kementeriannya, yakni sebesar US$ 43 miliar atau Rp 568 triliun tahun ini. Pada 2016, realisasi investasi di sektor energi dan sumber daya mineral mencapai US$ 26,76 miliar atau Rp 347,85 triliun.
ANGELINA ANJAR SAWITRI