TEMPO.CO, Jakarta - Rasio elektrifikasi di Nusa Tenggara Barat mencapai 77,68 persen. Pada 2020, target rasio elektrifikasi di provinsi itu mencapai 92,75 persen. “Kami targetkan rasio elektrifikasi dapat meningkat 4-5 persen per tahun.” kata General Manager PLN Wilayah NTB, Karyawan Aji, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin 30 Januari 2017.
Aji menjelaskan sistem kelistrikan Lombok memiliki daya mampu sebesar 245 MW dengan beban puncak mencapai 225 MW. Di daerah Sumbawa memiliki daya mampu sebesar 56 MW dengan beban puncak mencapai 42 MW. Sementara untuk daya mampu di Bima sebesar 57 MW dengan beban puncak sebesar 42 MW.
Ketiga sistem saat ini, kata Aji, dalam kondisi surplus. Namun belum aman karena cadangan daya belum mencapai 30 persen. “Karena itu, pembangunan infrastruktur kelistrikan mutlak diperlukan, apalagi melihat kebutuhan listrik NTB yang terus meningkat,” kata Aji.
Aji menambahkan pertumbuhan kebutuhan daya dilihat dari beban puncak kelistrikan NTB terus mengalami peningkatan dengan rata-rata 12-13 persen dalam 6 tahun terakhir. Dari total tiga sistem kelistrikan yang ada di NTB, beban puncak pada 2010 hanya sebesar 162 MW, dan terus meningkat mencapai 309 MW pada 2016.
“Pertumbuhan kebutuhan listrik di NTB cukup tinggi. Jika infrastruktur kelistrikan ini tidak dibangun, beberapa tahun mendatang NTB akan mengalami defisit listrik kembali,” ujar Aji.
Baca Juga: PLN Uji Coba Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Lombok Timur
Dari Program 35.000 MW, NTB diproyeksikan mendapat tambahan 500 MW. Pembangkit tersebut antara lain PLTGU Lombok Peaker berkapasitas 150 MW, PLTMG Sumbawa berkapasitas 50 MW, PLTMG Bima berkapasitas 50 MW, PLTU Lombok 2x50 MW, dan PLTU Lombok 2 berkapasitas 2x50 MW. Sementara, satu pembangkit Program 35.000 MW yaitu Mobile Power Plant (MPP) Lombok berkapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Jeranjang sudah beroperasi sejak Oktober 2016 lalu.
Selain membangun pembangkit, untuk mendukung keandalan listrik di NTB, PLN juga akan membangun jaringan transmisi interkoneksi Pulau Lombok menggunakan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV dan Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kV. “Ditargetkan dapat beroperasi pada tahun 2017,” kata dia.
Manajer Pembangkitan PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat Suprianto menjelaskan, PLN tengah menguji coba Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Independent Power Producer (IPP) Lombok Timur berkapasitas 2x25 megawatt milik swasta yang berlokasi di Sambalia, Lombok Timur. Uji coba tersebut rencananya akan dilakukan sepanjang Januari 2017.
Baca: Produksi Minyak Terancam Turun pada 2019
Suprianto mengatakan, saat ini, PLN sedang melakukan pengujian beban (load rejection) untuk menguji fungsi dan keandalan PLTU Lombok Timur. “Uji coba ini akan berdampak pada keandalan sistem kelistrikan yang mengakibatkan terjadinya pemadaman pada pelanggan secara situasional,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin, 23 Januari 2017.
Suprianto menjelaskan, uji coba dilakukan dengan menguji kekuatan beban pembangkit secara bertahap mulai 25 persen hingga 100 persen. Hal tersebut dilakukan untuk melihat kondisi mesin dari sisi operasional, apakah sudah berjalan dengan baik dan siap dioperasikan.
ARKHELAUS W|DANANG FIRMANTO