TEMPO.CO, Washington – Seorang tentara dari pasukan komando Amerika Serikat terbunuh dan tiga orang lainnya terluka dalam sebuah baku tembak yang sengit dengan anggota militan al-Qaeda di Yaman.
Seperti dilaporkan The New York Times, Senin 30 Januari 2017, serangan tersebut merupakan aksi anti teror pertama yang disetujui Donald Trump sejak dilantik menjadi Presidan Amerika Serikat sembilan hari lalu.
"Amerika sedang sedih karena kehidupan seorang pahlawan telah terenggut dalam perjuangan melawan terorisme Islam,” ujar Trump.
Baca: Drone Amerika Serikat Bunuh Bos Al Qaeda di Yaman Selatan
Trump menegaskan pengorbanan yang dilakukan oleh tentara adalah tulang punggung dari kebebasan orang Amerika. Ia meminta seluruh anggota militer bersatu dalam pengejaran demi bangsa yang lebih aman dan dunia yang lebih bebas.
Dalam sebuah pernyataan Ahad petang, ia terus mengimbau operasi penyerangan terhadap Islam radikal teroris. Menurut dia, hal itu sangat penting untuk mencegah serangan di masa depan.
Anggota dari tim 6 komando pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat atau US Navy Seal melontarkan serangan fajar di Provinsi Bayda.
Serangan darat selama kurang lebih satu jam itu menargetkan markas al-Qaeda di Yaman. Salah satu pejabat senior Amerika Serikat menilai serangan darat cukup ampuh daripada serangan udara.
“Kami sangat sedih dengan hilangnya salah satu anggota elit kami. Ini merupakan pengorbanan yang sangat besar dalam perjuangan kami melawan teroris yang mengancam masyarakat tak berdosa di seluruh dunia,” ujar Jenderal Joseph Votel, kepala Pentagons Central Command.
Sebuah pesawat militer yang mendampingi operasi mendarat darurat di dekat insiden terjadi. Pesawat itu meninggalkan dua anggota lainnya dalam keadaan terluka.
Pesawat yang diidentifikasi oleh seorang pejabat senior Amerika sebagai MV-22 Osprey dikirim untuk mengevakuasi pasukan terluka dalam serangan itu, ternyata tidak dapat terbang setelah pendaratan, sehingga sengaja dihancurkan oleh serangan udara Amerika.
Diperkirakan 14 anggota al-Qaeda tewas dalam serangan ini. Serangan tersebut memberikan informasi yang mungkin bisa untuk menjadi bahan perencanaan mengatasi al-Qaeda di masa mendatang.
Pejabat senior Amerika membantah laporan dari daerah bahwa perempuan dan anak-anak sipil termasuk di antara orang yang tewas akibat serangan.
Pekan lalu, serangan drone Amerika Serikat diduga menewaskan tiga pejuang lainnya diyakini al-Qaeda di Bayda Provinsi. Serangan tersebut dinilai sebagai pembunuhan pertama kali sejak Trump menjadi presiden.
NEW YORK TIMES | ABC NEWS | LARISSA | SITA