TEMPO.CO, Kediri – Panitia penjemputan jasad Ibrahim Datuk Tan Malaka membuka motif sesungguhnya pemindahan makam sang pahlawan. Ternyata makam tersebut tidak benar-benar dipindah seperti yang dikhawatirkan pemerintah Kediri.
Salah satu panitia penjemputan yang juga pegiat Tan Malaka Institute, Habib Datuk Monti, mengatakan pemindahan jasad Ibrahim Datuk Tan Malaka dari Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, bukanlah tujuan utama gerakan ini. “Kami menuntut pengakuan pemerintah atas kepahlawanan Ibrahim Datuk Tan Malaka, itu saja,” kata Monti kepada Tempo, Sabtu, 4 Februari 2017.
Baca:
Protes Jasad Tan Malaka Dipindahkan, Mahasiswi Menari di Area Makam
Gerakan penjemputan jasad Tan Malaka ini, diakuinya, merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian semua pihak, yakni pemerintah pusat, Pemerintah Kabupaten Kediri, dan seluruh negara yang proses kemerdekaannya dipengaruhi peran Tan Malaka. Sebagai tokoh besar dunia, Tan Malaka seperti hilang ditelan zaman dan tak pernah diperbincangkan di era kemudian.
Menurut Monti, hal ini sangat memprihatinkan, mengingat begitu besarnya pemikiran Tan Malaka hingga menginspirasi pemikiran tokoh pergerakan Indonesia dan dunia. “Jangankan pemikirannya, jasadnya pun tak jelas perlakuannya,” demikian kritik Monti terhadap negara.
Kondisi inilah yang membuat para pencinta dan pelestari pemikiran Tan Malaka melakukan gerakan penjemputan jasad Tan Malaka, bersama-sama masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Upaya ini pun dianggap berhasil setelah pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Sosial pada akhirnya mengunjungi makam Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, dan melakukan kajian.
HARI TRI WASONO
Simak pula:
SBY Sebut Disadap, BIN: Tak Ada Kaitannya dengan Kami