TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan maraknya berita hoax di masyarakat karena munculnya ketidakpercayaan terhadap media umum alias media mainstream, terutama media cetak.
"Karena dianggapnya media cetak ini informasinya tidak benar, sehingga banyak masyarakat mencari informasi sendiri bahkan membuat informasi sendiri jadi seolah-olah bahwa informasinya yang benar," kata Rudiantara di hadapan dua ribuan mahasiswa yang mengikuti kegiatan Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia di Bumi Perkemahan Cibubur, Sabtu, 4 Februari 2017.
Baca:
Ini Alasan GP Ansor Rencanakan Demo di Posko Pemenangan Ahok
Polemik Ahok dan Ma'ruf, Kakak Ahok: NU Bukan Sumbu Pendek
Padahal, menurut Rudiantara, informasi yang disampaikan tersebut belum tentu benar karena tidak bisa divalidasi. "Itulah yang namanya hoax. Hoax itu ibaratnya menipu, hoax itu ibaratnya mengkorupsi informasi. Jadi kita harus memerangi yang namanya hoax," ujarnya.
Rudiantara menjelaskan, pemerintah memang mempunyai kewenangan melakukan pemblokiran. Tapi, kata dia, itu kurang efektif.
Rudiantara menuturkan saat ini ada sekitar 800 ribu situs yang diblokir pemerintah. Tak semua situs itu berisi hoax. Menurut Rudi, 90 persen di antaranya adalah situs yang isinya pornografi. "Sisanya, situs tentang perjudian, penipuan, serta peredaran obat dan makanan tidak sesuai prosedur seharusnya," katanya.
Di antara situs itu, kata dia, memang ada situs hoax, namun tidak sebanyak pornografi. "Saya yakin banyak orang Indonesia tahu yang belakangnya XXX, inilah yang sebetulnya merusak bangsa," katanya.
REZKI ALVIONITASARI