TEMPO.CO, Jakarta - Menyikapi laporan investigasi majalah Tempo tentang napi bebas pelesiran di Penjara Sukamiskin, psikolog klinis forensik, A. Kasandra Putranto, menyebutkan penjara memang memberikan dampak psikologis kepada setiap individu. “Namun bentuknya berbeda-beda pada setiap orang karena faktor toleransi terhadap stres yang berbeda-beda,” katanya pada Tempo.co, Senin, 6 Februari 2017.
Baca juga: Dari Mana Datangnya Rasa Takut? Simak Penjelasan Ini
Faktor pertama, bentuk tekanan yang muncul. Seperti terisolasi dari keluarga, teman dan lingkungan sosial, faktor kebersihan dan sanitasi yang buruk, keterbatasan fasilitas, agresi, bullying dan perlakuan tidak menyenangkan, keterbatasan aktivitas, ketidakpastian, rasa malu dan stigma, serta tekanan untuk kabur atau menyalahgunakan obat.
Kasandra menyebutkan jenis tekanan lain adalah kualitas pribadi dalam menyikapi tekanan tersebut, di antaranya kematangan, stabilitas emosi, toleransi terhadap stres, ketrampilan mengadakan dan mengikuti kegiatan, dan kekuatan iman atau spiritual.
Ketika tekanan semakin membebani dan kualitas kepribadian terbatas, maka faktor ketiga sebagai dampak dari faktor 1 dan 2 akan muncul, antara lain berupa perasaan tertekan, kehilangan motivasi, sedih, depresi, psikosomatis (mengaku sakit supaya bisa ke dokter), menyalahgunakan obat-obatan, berkelahi, mengamuk, bahkan kabur.
“Jadi kabur adalah bentuk reaksi terhadap tekanan dan mekanisme reaksi dari kualitas kepribadian,” ujarnya.
Kasandra menambahkan, dalam kasus kaburnya napi dari Lapas Sukamiskin tampaknya perlu disimak faktor keempat, kesempatan. Di antaranya penjaga lengah, ada faktor yang membantu, dan kelemahan sistem penjagaan. “Model pribadi yang tidak mampu mengendalikan dorongan dari dalam diri memang memiliki potensi lebih besar untuk melakukan pelanggaran,” katanya.
SUSANDIJANI
Baca juga:
Cuaca Ekstrim, Flu Menyerang? Begini Mengatasinya
Berat Badan Bermasalah?Simak yang Sedang Hitz Ini