TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Brawijaya berpendapat keterlibatan langsung Presiden Joko Widodo dalam menggunakan media sosial cukup efektif untuk berkomunikasi dengan rakyat karena penetrasi internet di Indonesia sekarang ini cukup besar.
"Ini istilahnya blusukan gaya virtual," kata Anang Sujoko, Senin.
Baca: Mengintip Vlog Pertama Presiden Jokowi
Melalui media sosial, kata Anang, presiden dapat memanfaatkan selayaknya saat turun langsung ke masyarakat, mendengarkan aspirasi rakyat secara langsung tanpa mendapat seleksi dari lingkaran terdekat presiden.
Ia menambahkan, karakter media sosial yang terbuka dipandang sebagai media alternatif untuk masyarakat memberikan suaranya, apalagi sekarang ini terdapat kemunduran kepercayaan masyarakat terhadap media arus utama yang dipandang partisan atau disaring dengan ideologi tertentu.
Baca: Sudah Mewabah di Afrika, Ulat Armyworm Ancam Asia
"Ekspresi masyarakat akan terlihat apa adanya di medsos," kata Anang.
Sikap adaptif presiden terhadap media sosial, menurut Anang, perlu diapresiasi karena era komunikasi sekarang ini bergerak ke arah teknologi komunikasi digital.
Tetapi, komunikasi melalui pesan teks di media sosial perlu diperhatikan karena dapat memunculkan distorsi pesan.
Ia menilai, percakapan melalui teks menghilangkan unsur verbal, antara lain intonasi, sehingga dapat mengurangi makna pesan.
Baca: Bill Gates: Ini 3 Pekerjaan Paling Menjanjikan di Dunia
Umumnya, unggahan yang ditulis oleh presiden langsung diberi inisial di bagian belakang. Bila tidak, unggahan tersebut dibuat oleh tim media.
Ia khawatir bila bukan presiden langsung yang membuat unggahan di media sosial, pemilihan kata, kalimat dan nada bicara akan berbeda.
Presiden Joko Widodo akhir pekan lalu membuat video blog, atau vlog, berisi dirinya yang sedang menonton pertandingan Piala Presiden 2017 di Yogyakarta.
ANTARA