TEMPO.CO, Jakarta – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi, 7 Februari 2017, menguat sebesar 19 poin menjadi 13.301 dibanding sebelumnya, di posisi 13.320 per dolar AS. Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, di Jakarta, mengatakan dolar AS yang bergerak melemah terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia berdampak positif terhadap nilai tukar rupiah.
“Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang melambat tidak membuat rupiah menjadi melemah. Adanya perbaikan ekspor dan investasi membuat optimisme pertumbuhan pada 2017 tetap terjaga,” kata Rangga.
Baca: Indonesia Eximbank Akan Terbitkan Surat Utang Rp 14 Triliun
Ia menambahkan, aliran dana masuk ke pasar Surat Utang Negara (SUN) yang masih mengalir juga dapat menjaga pasokan likuiditas dolar AS di dalam negeri sehingga fluktuasi rupiah relatif akan stabil.
Sementara itu, analis dari Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, menyatakan, dengan asumsi dan harapan bahwa dolar AS masih akan cenderung melemah karena kondisi internal di Amerika Serikat, laju rupiah terbuka untuk kembali terapresiasi. “Data tenaga kerja Amerika Serikat yang belum membaik akan menahan laju dolar AS,” katanya.
Baca: Bergerak di Zona Merah, IHSG Sesi Pagi Terkoreksi
Reza mengatakan harga minyak mentah dunia, yang juga cenderung naik, turut menjaga rupiah. Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI pada Selasa pagi meningkat 0,30 persen ke level US$ 53,17 per barel. Sedangkan minyak mentah jenis Brent naik 0,36 persen menjadi US$ 55,92 per barel.
ANTARA