TEMPO.CO, Jakarta - Taman Tegalega yang dulu merupakan salah satu maskot Kota Bandung, beberapa tahun belakangan ini citranya menjadi buruk. Penyebabnya, di taman itu sering digunakan untuk kegiatan negatif, salah satunya prostitusi.
Dari pantauan Tempo, kondisi Taman Tegalega tidak terurus dan kumuh. Toilet rusak. Banyak pedagang asongan dan pedagang kaki lima yang mangkal di sana. Ditambah lagi, minimnya peneraangan yang terpasang membuat taman seluas 16 hektare terkesan angker pada malam hari.
Baca juga: Entas Kemiskinan, Ridwan Kamil Luncurkan "Family for Family"
Penampilan Taman Tegalega akan berubah. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berencana merevitalisasinya menjadi taman baru yang dipastikan bakal menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Bandung. Taman ini, rencananya akan dilengkapi dengan lampion-lampion berukuran besar dengan bentuk Dinosaurus yang benderang di malam hari.
"Itu lampion, saya ingin Tegalega ini di malam hari, kita ubah. Seperti dulu itu, alun-alum malam hari banyak kegiatan negatif. Tegalega juga sempat citranya begitu, jadi kita ubah dengan wisata keluarga malam hari," kata Ridwan Kamil saat inspeksi ke Taman Tegalega, Rabu, 8 Februari 2017.
Simak pula: Terus Naik, Harga Cabai Rawit di Bandung Tembus Rp 160 Ribu
Dalam rangka proyek revitalisasi, taman yang dikenal dengan monumen peringatan Bandung Lautan Api ini mulai ditutup sejak akhir 2016 lalu. Rencananya penutupan ini akan berlangsung hingga September 2017.
Ridwan Kamil menambahkan, berdasarkan hasil kajian, yang pas untuk Taman Tegalega adalah taman lampion. "Dipilih dinosaurus karena pilihan benda-benda yang aneh-anehnya banyak. Nanti jumlahnya semua ada 20 lampion," tuturnya.
Seperti kebanyakan taman yang lain di Kota Bandung, Ridwan Kamil akan membuat arena bermain air untuk anak-anak dnegan konsep kolam cetek yang mengelilingi Monumen Bandung Lautan Api. "Ini cara mendekatkan masyarakat lagi ke Monumen Bandung Lautan Api, karena selama ini jarang ada kolam cetek lagi buat anak main main," ucapnya.
Selain itu, pada bagian selatan Taman Tegalega yang bersebrangan dengan Museum Sribaduga, rencananya akan dibangun sebuah gedung berukuran besar yang sekilas fondasinya membentuk ujung perahu. Pada bagian atas bangunan ini akan dimanfaatkan sebagai amphitheater dan pada bagian bawahnya dimanfaatkan sebagai ruang pameran serta perpustakaan.
Lantaran terlalu luas, pembangunan Taman Tegalega membutuhkan waktu sampai 4 tahun dengan biaya yang tidak sedikit. "Butuh Rp 88 miliar, sementara sekarang baru dikasih Rp 15 miliar tahun kemarin juga Rp 15 miliar," Ridwan menjelaskan.
Ridwan Kamil mengaku tidak sanggup untuk mencari dana tambahan di luar anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kota Bandung, baik dari dana CSR maupun sistem Publik Private Partnership (PPP) untuk mempercepat pembangunan. Karena itu, revitalisasi Taman Tegalega akan dicicil dalam 3 tahap.
"Ini proyek revitalisasi taman terbesar. PPP juga instrumennya lebih difokuskan kepada yang fundamental seperti flyover. Kalau ini mah harus dicicil," tuturnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Pertanahan dan Pemakaman Kota Bandung, Arif Prasetya mengatakan, dari 16 hektar lahan yang akan direvitalisasi, 40 persen akan diperkeras menggunakan material beton, koral sikat dan andesit.
"Ruang serapan air masih banyak dan kita tidak ada eksekusi tanaman. Jadi bangunan yang menghindari tanaman, ada porositas penyerapan air, tetap dalam perkerasan menggunakan lubang-lubang penyerapan air," ujar Arif.
Arief menjelaskan tahapan revitalisasi. Tahap pertama, yang saat ini sudah selesai, adalah penataan plasa dan boulevard. Tahap dua yaitu membangun arena permainan taman anak-anak serta menyelesaikan amphitheater dan perpustakaan yang belum selesai. Kemudian, pada tahap ketiga adalah pembangunan sarana olahraga lapangan sepak bola dan kolam renang.
"Tahap dua selesai September 2017 dan Insya Allah bisa dibuka untuk umum," ungkapnya.
PUTRA PRIMA PERDANA