TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta inkumben, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, mengatakan akan melanjutkan kegiatan blusukan jika kembali aktif menjabat sebagai gubernur. “Saya mungkin seminggu atau dua minggu sekali bisa blusukan,” kata Ahok seusai blusukan di Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu, 8 Februari 2017.
Ahok menuturkan, kegiatan blusukan itu dilakukan untuk mengawasi dan melihat langsung program kerjanya berjalan di lapangan. Sebab, selama tiga bulan melakukan kampanye, Ahok melihat banyak masyarakat yang meminta untuk direlokasi dan mendukung normalisasi sungai.
Baca: Jadi Gubernur Lagi, Ahok Janjikan Jakarta Bebas Banjir 2022
Menurut dia, kondisi tersebut berbeda ketika dia masih bertugas dan justru mendapati banyaknya penolakan relokasi. Karena itu, ia pun curiga ada pihak tertentu yang menghasut agar tidak bersedia dipindah. “Masyarakat ini terima, termasuk kami mau normalisasi sungai, terima kok,” kata Ahok.
Ahok mencontohkan satu keluarga yang mengaku bersedia dipindah ke rumah susun saat blusukan di Tegal Alur. Beberapa anggota keluarga itu, kata Ahok, baru saja terkena pemecatan sepihak dan pensiun. Ahok pun menerangkan kepada mereka bahwa rumahnya akan dibongkar untuk normalisasi sungai. “Dia bilang tinggal di sini dari kecil. Saya sampaikan rumah Bapak kena (bongkaran), terima,” ujarnya.
Selain di Tegal Alur, Ahok juga pernah bertemu seorang warga Lubang Buaya, Jakarta Timur yang bersedia pindah ke rumah susun karena menyadari rumahnya tepat berhadapan dengan Kali Sunter.
Warga Lubang Buaya itu bernama Sumiyati. Dia bersedia direlokasi jika pemerintah bisa memberikan ganti rugi yang sesuai. Ahok pun menjanjikan pemberian ganti rugi tersebut sesuai dengan harga tanah yang berlaku. Namun dia meminta kepada Sumiyati, juga warga setempat, untuk membuat sertifikat kepemilikan atas tanah mereka.
FRISKI RIANA